Sunday, February 7, 2010

wawasan bagus dari WW

Badai Pasti Berlalu
Monday, 08 February 2010
Dalam suatu posting di perspektif. net, Didiet Budi Adiputro menulis bahwa Indonesia sedang bersiap untuk menghadapi momen penting satu bulan mendatang.


Bukan momen Pansus, bukan atraksi kerbau di Bundaran Hotel Indonesia (HI) atau demonstrasi ala bonek yang akhir–akhir ini marak terjadi.Namun, sesuatu yang jauh lebih penting dan akan berdampak besar bagi Indonesia,yaitu rencana kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Jakarta Maret mendatang. Kunjungan ini bukan hanya berarti untuk memuaskan rasa emosional karena masa lalu Obama yang pernah dilewati di Jakarta, tapi juga menyangkut masa depan politik luar negeri Indonesia dan hubungan bilateral dengan AS yang masih dianggap sebagai negara paling berpengaruh di dunia.

Dalam acara Selamat Malam Nusantara di TVRI yang dipandu oleh Ansy Lema,Wimar Witoelar bersama Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Dr Hariyadi Wirawan berbagi perspektif mengenai hal ini. Indonesia menjadi negara yang penting bagi AS bukan karena memiliki latar belakang historis dengan Obama, tapi seperti yang dikatakan oleh Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs, Indonesia menjadi penting karena kini merupakan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.Di sini demokrasi menjadi suatu budaya baru yang berkembang dalam masyarakat mayoritas muslim yang juga menjunjung pluralisme dan inklusivitas.

Ini sebuah prestasi tersendiri karena baru kali ini kita bisa berdiri sama tegak dengan AS. Dengan modal itu, kita bisa memainkan posisi kita agar bisa terus bergerak maju, terutama dalam kerja sama ekonomi, investasi, dan transfer teknologi dari negara sebesar AS. Apalagi, kita juga sedang menghadapi tantangan perdagangan bebas China- ASEAN sehingga peningkatan mutu produk dan daya saing mutlak diperlukan.

Namun, menurut Wimar, kesempatan untuk melakukan partnership dan transfer teknologi ini bisa terganggu jika sebagian masyarakat yang tidak mengerti persoalan dan elite politik yang memiliki kepentingan jangka pendek terus merongrong orang-orang bersih di pemerintah sehingga demokrasi disalahartikan dengan menyerang orang yang ingin menegakkan pemerintahan bersih melalui demonstrasi liar. ”Kita harap ketika Obama datang, demo-demo asalansudah berlalu, sebab semua itu mengurangi makna demokrasi,” ungkap Juru Bicara Presiden Wahid ini.

Hal lain yang menjadi penting untuk dilakukan adalah bagaimana para pemegang resources ekonomi dalam negeri seperti perusahaanperusahaan besar bisa menerapkan good corporate governance dengan konsisten. Misalnya taat membayar pajak,transparan, dan menghindari praktik kejahatan ekonomi lain. Sebab kondisi politik dan ekonomi dalam negeri akan berpengaruh pada citra dan perjuangan diplomasi Indonesia di luar negeri. Jika kita terus berkutat pada politik jangka pendek seperti Pansus, isu pemakzulan,sulit buat kita untuk bisa maju.

Sebab,menurut Hariyadi,banyak agenda yang bisa diperjuangkan dengan kedatangan Obama ke Jakarta, antara lain bagaimana membuat Indonesia lebih berperan dalam G-20 seperti negara berkembang lain semisal China,Brasil,India. Lebih baik Pansus bekerja merumuskan agenda yang lebih bermutu daripada menyidang semua pejabat seperti layaknya persidangan hukum.

Pandangan penulis politik muda Budi Didiet Adiputro ini sangat penting untuk disimak,bukan sebagai suatu serangan terhadap pihak yang menyerang Sri Mulyani- Boediono-SBY, tapi sebagai peringatan bahwa kalau kita tidak berhenti cekcok, dunia akan melewati kita sekali lagi sebagaimana mereka melewati kita di zaman megalomania Soekarno dan totaliterisme Soeharto. Memang, Indonesia negara yang kuat, tapi secara potensial, bukan secara wujud nyata.Tidak mustahil Indonesia bisa menjadi negara kuat walaupun kini dalam keadaan paling rendah sejak Reformasi dimulai.

China kini menjadi keajaiban ekonomi dunia setelah melampaui masa di mana tidak terbayang ada kehidupan ekonomi dalam bentuk selain komune yang tidak efisien kecuali sebagai sarana pengekangan politik. Kalau sepak bola memiliki Cesc Fabregas, pembagi bola terbaik di dunia, Indonesia memiliki Sri Mulyani Indrawati, menteri keuangan terbaik sedunia.Jangan sampai Fabregas kembali ke Barcelona dan jangan sampai SMI (Sri Mulyani Indrawati) kembali ke Salemba atau Depok. Kelihatannya, kekhawatiran keberhasilan Golkar memaksakan kehendaknya semakin tipis.

Secara internal, mereka hampir pecah,hanya tertahan oleh miracle glue, yaitu uang triliunan rupiah yang sanggup dikerahkan.Namun, sekuat apa pun ambisi politik dan kekuatan uang, kenyataan ekonomi lebih penting dan diperlukan tim ekonomi kelas dunia yang sekarang lebih kuat untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Jika terlihat demo yang semakin rendah selera dan serangan Pansus yang semakin irasional, itu tanda keputusasaan seperti tendangan yang ditembakkan sembarangan dalam lima menit extra-time dari satu tim yang ketinggalan angka.

Lain masalahnya dengan PDIP. Jika PDIP bersikap kritis terhadap pemerintah, itu wajar karena mereka partai oposisi.Dengan cara ini, mereka bisa menjadi oposisi permanen. Di sini banyak orang baik dan konsisten walaupun ada juga politikus muda oportunis yang bosan kalah dan menyeberang ke NasDem (Nasional Demokrat). Badai pasti berlalu.Sorry Bung Eros, tidak minta izin dulu.Tapi, tidak ada ungkapan yang lebih tepat. Secara dingin dan analitis,wartawan senior Metta Dharmasaputra memberikan ikhtisar mengenai habisnya peran Pansus.Inti permasalahan adalah banyaknya bolong dalam kerja Pansus yang hampir berakhir.

Belum secuil pun bukti penyelewengan dana penyelamatan Century diperoleh. Dengan ucapan terima kasih kepada Pak Metta, kita kutip inti analisis tajamnya yang berdasarkan data dan fakta. Persoalannya, hingga kini belum secuil pun data meyakinkan dikantongi tim Pansus untuk bisa membuktikan adanya patgulipat di balik keputusan penyelamatan dan aliran dana Century. Di tengah kebuntuan Pansus, sebagian publik kini justru balik mempertanyakan niat sesungguhnya Pansus dalam mengusut kasus ini.Hasrat menggebu dari anggota DPR yang meminta Boediono dan Sri Mulyani nonaktif, hingga munculnya wacana pemakzulan,mengundang kecurigaan, jangan-jangan semua gerak Pansus memang ditujukan semata untuk mendongkel Sri Mulyani dan Boediono.

Fakta penting lain yang tak mungkin dimungkiri, DPR telah menerima Laporan Keuangan Tahunan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) tahun buku 2008 pada 28 April 2009.Laporan diserahkan kepada Ketua DPR,Ketua Komisi Keuangan, dan Presiden. Laporan itu pun telah diaudit BPK dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Di dalamnya, tercantum penjelasan soal penyelamatan Century. Juga disebutkan bahwa hingga akhir 2008, dana penyelamatan yang sudah dikucurkan LPS Rp4,9 triliun.

Dalam hasil auditnya,BPK bahkan memberikan catatan bahwa hingga proses audit pada Maret 2009, dana penyelamatan sudah mencapai Rp 6,1 triliun. Jika begitu, yang menjadi pertanyaan, kenapa kemudian baru pada Agustus 2009 para anggota DPR tiba-tiba seperti tersambar geledek mendengar kucuran dana ke Century mencapai lebih dari Rp 6 triliun? Kenapa pula mereka berbalik mempertanyakan alasan penyelamatan bank itu? ”Anda sendiri bisa menginterpretasikan semua ini,”kata Sri Mulyani.(*)

Wimar Witoelar

No comments: