Saturday, February 27, 2010

OTAK dan KECERDASAN




Scientists Unravel Mysteries of Intelligence

FRIDAY, Feb. 26 (HealthDay News) -- It's not a particular brain region that makes someone smart or not smart.
Nor is it the strength and speed of the connections throughout the brain or such features as total brain volume.
Instead, new research shows, it's the connections between very specific areas of the brain that determine intelligence and often, by extension, how well someone does in life.
"General intelligence actually relies on a specific network inside the brain, and this is the connections between the gray matter, or cell bodies, and the white matter, or connecting fibers between neurons," said Jan Glascher, lead author of a paper appearing in this week's issue of the Proceedings of the National Academy of Sciences. "General intelligence relies on the connection between the frontal and the parietal [situated behind the frontal] parts of the brain."
The results weren't entirely unexpected, said Keith Young, vice chairman of research in psychiatry and behavioral science at Texas A&M Health Science Center College of Medicine in Temple, but "it is confirmation of the idea that good communication between various parts of brain are very important for this generalized intelligence."
General intelligence is an abstract notion developed in 1904 that has always been somewhat controversial.
"People noticed a long time ago that, in general, people who are good test-takers did well in a lot of different subjects," explained Young. "If you're good in mathematics, you're also usually good in English. Researchers came up with this idea that this represented a kind of overall intelligence."
"General intelligence is this notion that smart people tend to be smart across all different kinds of domains," added Glascher, who is a postdoctoral fellow in the department of humanities and social sciences at the California Institute of Technology in Pasadena.
Hoping to learn more, the authors located 241 patients who had some sort of brain lesion. They then diagrammed the location of their lesions and had them take IQ tests.
"We took patients who had damaged parts of their brain, tested them on intelligence to see where they were good and where they were bad, then we correlated those scores across all the patients with the location of the brain lesions," Glascher explained. "That way, you can highlight the areas that are associated with reduced performance on these tests which, by the reverse inference, means these areas are really important for general intelligence."
"These studies infer results based on the absence of brain tissue," added Paul Sanberg, distinguished professor of neurosurgery and director of the University of South Florida Center for Aging and Brain Repair in Tampa. "It allows them to systemize and pinpoint areas important to intelligence."
Young said the findings echo what's come before. "The map they came up with was what we expected and involves areas of the cortex we thought would be involved -- the parietal and frontal cortex. They're important for language and mathematics," he said.
In an earlier study, the same team of investigators found that this brain network was also important for working memory, "the ability to hold a certain number of items [in your mind]," Glascher said. "In the past, people have associated general intelligence very strongly with enhanced working memory capacity so there's a close theoretical connection with that."
More information
Learn more about the workings of the brain at Harvard University's Whole Brain Atlas.

Friday, February 19, 2010

Pardon - Maaf - Gomennasai - Nyuwun duko ..

PARDON ..

Anwari Doel Arnowo – 12/02/2010

Pardon! Itu bentuk kata seru orang Barat (Inggris atau Prancis) kalau kaget.

Ampun! Itu kata seru orang Indonesia dan Nuwun Sewu Gusti! kata si orang Jawa.

Gusti juga dipakai orang suku-suku lain seperti Bali misalnya.

Ekspresi kesemuanya bersifat minta ampun.

Minta ampun kepada siapa saja, belum tentu secara sadar anda tau!

Kalau anda tersenggol orang lain di sebuah jalan yang ramai, begitu tersenggol badan, anda, secara refleks, anda mungkin karena terkejut juga, akan mengucapkan Maaf ! atau Ampun! Tergantung nuansa perasaan hati anda waktu itu.

Orang Indonesia kalau ada sesuatu yang kurang menyenangkan menimpa dirinya, biasanya akan terlebih dahulu mencari kesalahan dari apa-apa yang ada di luar tubuhnya sendiri.

Eh, jangan marah dulu.

Saya mengatakan ini karena saya mempunyai pengalaman paling banyak adalah hanya dengan orang Indonesia sendiri. Bukan dengan orang-orang asal bangsa lain. Itu kesimpulan saya pribadi, dan siapapun boleh saja tidak menyetujuinya.

Inti dari semua itu adalah gejolak hati kita sebagai reaksi atas kejadian di luar kemampuan prediksi mental kita. Bisa tersinggung dan marah. Menurut pengalaman banyak orang yang seperti ini, membekas di dalam hati kita secara berlebihan, lalu berkelanjutan, sebagai akibat kita tidak mampu mengendalikan emosi kita.

Entah mengapa pada hari ini saya ingin mengemukakan apa yang terjadi kepada kesadaran saya pada saat ini. Saya mulai kalimat tulisan ini dengan pokok pembicaraan makna atau arti sebuah kata: m a a f, tetapi sebenarnya saya khususkan hanya bagi diri saya.

Siapa yang harus dimintai dan siapa yang harus diberi??

Saya merasakan tidak harus kepada seluruh dunia saya minta maaf, tetapi saya telah sejak lama sekali berusaha sebanyak-banyaknya, justru kepada banyak pihak lain, saya memaafkannya. Hal ini saya lakukan baik ada yang meminta atau tidak meminta bahkan saya tau dia pura-pura lupa.

Banyak kejadian yang membuat saya tidak suka, tidak nyaman, sengaja atau bahkan tidak sengaja, membuat saya kesal, marah tak terhingga, tetapi begitu sadar, segera saya maafkan saja. Ini tidak saja kepada orang lain dan hal dari luar tubuh saya sendiri, akan tetapi juga yang berasal dari dalam pikiran saya sendiri. Terhadap perbuatan-perbuatan saya sendiri di masa-masa yang telah lalu yang saya sadari atau tidak saya sadari.

Saya telah pernah berbuat tidak bijaksana dan telah tidak menyadari bahwa hal seperti itu sebenarnya tidak patut ditindakkan, tetapi telah terjadi, tanpa daya saya menghapusnya dari sejarah kelam saya. Bagi saya gerakan memaafkan saya sendiri itu telah membuka sebuah pintu lebar-lebar.

PINTU? PINTU YANG MANA?

Itu adalah sebuah pintu yang selalu saya kunci dari sebelah sini, di mana di balik pintu itu telah saya simpan semua yang berasal dari perbuatan salah saya. Saya buka pintu, ini terjadi saya lupa bilamana, pada suatu saat yang telah lalu, dan saya melongok ke dalamnya. Ada banyak yang saya lihat kembali, yang saya segera ingat dan yang saya sudah lupa berupa apa. Beberapa waktu lamanya saya tercenung dan merenung. Terhadap hal yang saya langsung teringat, segera saya evaluasi dengan gagah berani. Bukan mudah memang, tetapi banyak yang berhasil, karena saya bersikap gagah berani. Setelah memahaminya saya pilih mana yang segera bisa di maafkan, saya maafkan segera, dan saya usahakan saya untuk melupakannya. Bagaimana pula bagi yang belum mampu saya evaluasi karena belum ingat? Saya tunda dulu sampai suatu saat di kemudian hari. Cita-cita saya adalah membersihkan apa yang ada di dalam ruangan di balik pintu itu.

Sekarang setelah berkunjung ke ruangan itu, saya merasa bertambah lega, bertambah rasa ringan beban apapun yang tanpa terasa selama ini telah menghimpit saya.

Bagi yang tidak bisa memahami apa yang saya alami, saya coba menerangkannya sebagai berikut. Dengan memaafkan diri sendiri baik terhadap perbuatan yang baru-baru ini maupun yang telah lama di masa lalu, itu semua akan melalui sebuah proses sebelum memaafkan diri sendiri.

Apa proses terpentingnya? Bagian mana?

Itu adalah bagian bahwa diri sendiri mengakui kesalahan diri sendiri yang telah saya pahaminya sekarang. Pengakuan dosa atau kesalahan tidak harus melalui siapapun orang lain, sepanjang dia berbentuk manusia. Pengakuan dosa akan terasa lebih efektif adalah yang kepada diri sendiri.

Bila tahap ini selesai, bila dirasakan perlu dan masih sempat, mintalah maaf kepada mereka yang kita merasa sudah berbuat salah. Itu akan melegakan banyak pihak.

Sekitar 13 tahun yang lalu saya bertanya kepada saudara-saudara kandung saya yang jumlahnya sembilan orang, satu per satu, apakah saya masih bisa memperbaiki kesalahan saya, kalau ada? Kalau bisa diselesaikan dengan kompensasi berupa materi, saya akan upayakan dan kalau tidak bisa, saya juga menyatakan bersedia meminta maaf dengan kata-kata secara langsung dengan berhadapan muka. Saya tambahkan pula, bahwa kalau ada di antara mereka yang enggan atau sungkan, saya silakan untuk menulis langsung kepada saya. Saya tunggu sampai lebih dari satu tahun lamanya kemudian, tidak ada surat atau bentuk lain yang ditujukan kepada saya. Tetapi saya ulang dan ada dari beberapa di antara mereka itu yang telah menjawab dengan kata-kata yang kira-kira berbunyi: “Sudah cukup Mas, malah sudah plus, lebih dari positif”. Hati saya sudah lega, akan tetapi tetap saja saya membuka diri kalau-kalau pada suatu saat nanti, mereka mau datang dengan data baru.

Saya ceritakan ini karena saya yakin bahwa apa yang saya telah sikapi seperti kisah-kisah di atas, pasti banyak dirasakan orang lain, baik senior maupun junior. Kalau sudah ada pemikirannya, itu sudah baik. Tindak lanjutilah seterusnya, jangan lagi terlalu menyesali masa lalu.

Beban akibat sejarah bisa dikurangi dengan meringankan beban pribadi terlebih dahulu.

Anwari Doel Arnowo

12/02/2010

Sunday, February 7, 2010

Pengamatan Internet di Indonesia

Senin, 8 Februari 2010 | 03:53 WIB

Onno W Purbo

Berbeda dengan bayangan pemerintah dan mungkin media, Internet Indonesia banyak di dorong oleh dunia usaha dan content lokal berbasis masyarakat.

Ini karena murahnya akses RT/RW-net dan broadband unlimited yang tidak sampai Rp 200.000 per bulan, bahkan akses di bawah Rp 5.000 per hari melalui seluler! Statistik di Bekas.com menunjukkan, akses warnet tinggal 21 persen, sebagian besar (42 persen) dari rumah (termasuk telepon seluler), 33 persen kantor, dan 4 persen hotspot.

Hampir semua provider dan operator telekomunikasi mengakui bahwa 40-60 persen trafik internet didominasi oleh Facebook! Memang bandwidth Youtube mendominasi, terutama di Speedy, tetapi di seluler dan lainnya hampir semua di dominasi Facebook.

Data Checkfacebook.com menunjukkan, Indonesia peringkat ke-7 di dunia dengan 12 juta pengguna. Bahkan, Indonesia merupakan negara yang paling banyak menambah pengguna Facebook di dunia dengan lebih dari 700.000 pengguna per minggu! Hal ini di konfirmasi Alexa (www.alexa.com) yang memeringkat Facebook sebagai situs nomor satu di Indonesia.

Tidak heran, Gramedia banyak memajang buku kiat berkiprah di Facebook. Jika kita telaah statistik Alexa, Facebook, blogger.com, wordpress.com, dan kaskus.us merupakan situs yang banyak di akses Indonesia. Ini menjadi menarik karena semua situs tersebut, termasuk Facebook, hanya wadah. Semua isi situs di-generate oleh pengguna internet, bukan pengelola situs. Bahkan, kaskus.us hanya forum diskusi elektronik. Baru sesudah kaskus.us bermunculan situs seperti detik.com, kompas.com, dan okezone.com di Alexa.

Istilah kerennya user generated content ternyata menarik/marak. Pengguna di Indonesia tampaknya suka pada berita/content dari pengguna lain, bukan content yang ”resmi” dan profesional. Hal ini secara tidak langsung menjadi ”ancaman” bagi situs berita, content provider.

Juga ancaman bagi berbagai inisiatif top down untuk membuat content lokal yang banyak menjadi proyek di APBN. Merangkul komunitas sebagai bagian dari produsen informasi menjadi sangat penting dan strategis. Yang tidak kalah menarik, situs jejaring sosial/forum ataupun blog ternyata tidak hanya digunakan untuk sharing pengetahuan dan silaturahim.

Menguntungkan

Mengais rezeki di internet menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari komunitas informasi. Situs Facebook, kaskus.us, dan bekas.com menjadi alter- natif wadah mengais rezeki di internet. Caranya pun mudah dan gratis. Kita dapat aktif berdiskusi, menawarkan solusi, menempelkan produk di dinding atau catatan di Facebook, atau dengan sedikit uang memuat iklan baris di situs seperti bekas. com.

Dengan 12 juta pengguna Facebook Indonesia, transaksi di Facebook menguntungkan. Nama Facebook yang digunakan eksplisit memperlihatkan usahanya, seperti Tripti Batik, the Bou- tique, teabag butik, Karina Jualan Sepatu, Jual Mobil Bekas, Jual- beli Sepeda, House of Nayza-Butik Kaus Muslimah, Butik Anakku, Sepatu Lukis, sepedaku. com. Adanya grup dan fans profile Facebook seperti motifbatik (1 juta fans), Aku Cinta Batik Indonesia (40.000 fans), Fotografer.net (17.000 fans) menjadi ajang pertemuan dan silaturahim komunitas. Penghasilan internet sebagai tambahan sangat lumayan. Pengalaman Lina, seorang ibu rumah tangga di Pekalongan, yang aktif di Facebook, dari rumah dapat menjual batik Pekalongan dengan keuntungan Rp 1-2 juta per bulan.

Biaya akses internet tertutup, putra-putri tetap terawasi tanpa perlu lelah kerja di kantor. Tren ini tampaknya menjadi solusi para ibu untuk berusaha di rumah, salah satu komunitas yang besar adalah http://komunitas.bundainbiz.com yang dimotori Ibu Nadia, Ibu Sotya, Ibu Sharah, Ibu Riana, dan Ibu Mia.

Selain Facebook, kaskus.us forum jual beli merupakan salah satu situs perdagangan Indonesia yang paling menarik. Ada 10 barang yang paling diperdagangkan di kaskus.us, yaitu action figures, Blackberry Onyx, Sony PSP Go, Sony Digital Camera, iPod Touch, HTC PDA Phone, Acer Notebook, Canon DSLR Camera, Motor Ninja, dan kaus distro. Cara jual sangat sederhana, penjual posting di forum beserta gambar dan harga. Pembeli dapat menawar di forum. Transfer uang melalui bank sebelum barang dikirim.

Andrew Darwis, salah seorang pendiri kaskus.us, menceritakan, edaran uang di Kaskus lumayan. Seorang penjual kamera digital dapat memutarkan Rp 100 juta per minggu tanpa stok barang! Barang diambil dari distributor saat ada pemesanan.

Memang tidak semua usaha di internet berakhlak, lumayan banyak usaha yang tidak berakhlak, seperti foto bugil dan situs porno. Untungnya, usaha demikian sulit untuk menembus Facebook, kaskus.us, dan lain-lain karena mekanisme moderasi dan filtering yang lumayan ketat. Pelaporan kepada administrator Facebook menjamin halaman esek-esek di tutup.

Dalam bertransaksi di internet jangan pernah menipu. Cerita mulut ke mulut akan dahsyat efeknya dan mematikan. Di samping adanya UU ITE yang menambahkan payung hukum untuk transaksi di internet.

Onno W Purbo Ahli Teknik Elektro

A A A

wawasan bagus dari WW

Badai Pasti Berlalu
Monday, 08 February 2010
Dalam suatu posting di perspektif. net, Didiet Budi Adiputro menulis bahwa Indonesia sedang bersiap untuk menghadapi momen penting satu bulan mendatang.


Bukan momen Pansus, bukan atraksi kerbau di Bundaran Hotel Indonesia (HI) atau demonstrasi ala bonek yang akhir–akhir ini marak terjadi.Namun, sesuatu yang jauh lebih penting dan akan berdampak besar bagi Indonesia,yaitu rencana kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Jakarta Maret mendatang. Kunjungan ini bukan hanya berarti untuk memuaskan rasa emosional karena masa lalu Obama yang pernah dilewati di Jakarta, tapi juga menyangkut masa depan politik luar negeri Indonesia dan hubungan bilateral dengan AS yang masih dianggap sebagai negara paling berpengaruh di dunia.

Dalam acara Selamat Malam Nusantara di TVRI yang dipandu oleh Ansy Lema,Wimar Witoelar bersama Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Dr Hariyadi Wirawan berbagi perspektif mengenai hal ini. Indonesia menjadi negara yang penting bagi AS bukan karena memiliki latar belakang historis dengan Obama, tapi seperti yang dikatakan oleh Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs, Indonesia menjadi penting karena kini merupakan negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.Di sini demokrasi menjadi suatu budaya baru yang berkembang dalam masyarakat mayoritas muslim yang juga menjunjung pluralisme dan inklusivitas.

Ini sebuah prestasi tersendiri karena baru kali ini kita bisa berdiri sama tegak dengan AS. Dengan modal itu, kita bisa memainkan posisi kita agar bisa terus bergerak maju, terutama dalam kerja sama ekonomi, investasi, dan transfer teknologi dari negara sebesar AS. Apalagi, kita juga sedang menghadapi tantangan perdagangan bebas China- ASEAN sehingga peningkatan mutu produk dan daya saing mutlak diperlukan.

Namun, menurut Wimar, kesempatan untuk melakukan partnership dan transfer teknologi ini bisa terganggu jika sebagian masyarakat yang tidak mengerti persoalan dan elite politik yang memiliki kepentingan jangka pendek terus merongrong orang-orang bersih di pemerintah sehingga demokrasi disalahartikan dengan menyerang orang yang ingin menegakkan pemerintahan bersih melalui demonstrasi liar. ”Kita harap ketika Obama datang, demo-demo asalansudah berlalu, sebab semua itu mengurangi makna demokrasi,” ungkap Juru Bicara Presiden Wahid ini.

Hal lain yang menjadi penting untuk dilakukan adalah bagaimana para pemegang resources ekonomi dalam negeri seperti perusahaanperusahaan besar bisa menerapkan good corporate governance dengan konsisten. Misalnya taat membayar pajak,transparan, dan menghindari praktik kejahatan ekonomi lain. Sebab kondisi politik dan ekonomi dalam negeri akan berpengaruh pada citra dan perjuangan diplomasi Indonesia di luar negeri. Jika kita terus berkutat pada politik jangka pendek seperti Pansus, isu pemakzulan,sulit buat kita untuk bisa maju.

Sebab,menurut Hariyadi,banyak agenda yang bisa diperjuangkan dengan kedatangan Obama ke Jakarta, antara lain bagaimana membuat Indonesia lebih berperan dalam G-20 seperti negara berkembang lain semisal China,Brasil,India. Lebih baik Pansus bekerja merumuskan agenda yang lebih bermutu daripada menyidang semua pejabat seperti layaknya persidangan hukum.

Pandangan penulis politik muda Budi Didiet Adiputro ini sangat penting untuk disimak,bukan sebagai suatu serangan terhadap pihak yang menyerang Sri Mulyani- Boediono-SBY, tapi sebagai peringatan bahwa kalau kita tidak berhenti cekcok, dunia akan melewati kita sekali lagi sebagaimana mereka melewati kita di zaman megalomania Soekarno dan totaliterisme Soeharto. Memang, Indonesia negara yang kuat, tapi secara potensial, bukan secara wujud nyata.Tidak mustahil Indonesia bisa menjadi negara kuat walaupun kini dalam keadaan paling rendah sejak Reformasi dimulai.

China kini menjadi keajaiban ekonomi dunia setelah melampaui masa di mana tidak terbayang ada kehidupan ekonomi dalam bentuk selain komune yang tidak efisien kecuali sebagai sarana pengekangan politik. Kalau sepak bola memiliki Cesc Fabregas, pembagi bola terbaik di dunia, Indonesia memiliki Sri Mulyani Indrawati, menteri keuangan terbaik sedunia.Jangan sampai Fabregas kembali ke Barcelona dan jangan sampai SMI (Sri Mulyani Indrawati) kembali ke Salemba atau Depok. Kelihatannya, kekhawatiran keberhasilan Golkar memaksakan kehendaknya semakin tipis.

Secara internal, mereka hampir pecah,hanya tertahan oleh miracle glue, yaitu uang triliunan rupiah yang sanggup dikerahkan.Namun, sekuat apa pun ambisi politik dan kekuatan uang, kenyataan ekonomi lebih penting dan diperlukan tim ekonomi kelas dunia yang sekarang lebih kuat untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Jika terlihat demo yang semakin rendah selera dan serangan Pansus yang semakin irasional, itu tanda keputusasaan seperti tendangan yang ditembakkan sembarangan dalam lima menit extra-time dari satu tim yang ketinggalan angka.

Lain masalahnya dengan PDIP. Jika PDIP bersikap kritis terhadap pemerintah, itu wajar karena mereka partai oposisi.Dengan cara ini, mereka bisa menjadi oposisi permanen. Di sini banyak orang baik dan konsisten walaupun ada juga politikus muda oportunis yang bosan kalah dan menyeberang ke NasDem (Nasional Demokrat). Badai pasti berlalu.Sorry Bung Eros, tidak minta izin dulu.Tapi, tidak ada ungkapan yang lebih tepat. Secara dingin dan analitis,wartawan senior Metta Dharmasaputra memberikan ikhtisar mengenai habisnya peran Pansus.Inti permasalahan adalah banyaknya bolong dalam kerja Pansus yang hampir berakhir.

Belum secuil pun bukti penyelewengan dana penyelamatan Century diperoleh. Dengan ucapan terima kasih kepada Pak Metta, kita kutip inti analisis tajamnya yang berdasarkan data dan fakta. Persoalannya, hingga kini belum secuil pun data meyakinkan dikantongi tim Pansus untuk bisa membuktikan adanya patgulipat di balik keputusan penyelamatan dan aliran dana Century. Di tengah kebuntuan Pansus, sebagian publik kini justru balik mempertanyakan niat sesungguhnya Pansus dalam mengusut kasus ini.Hasrat menggebu dari anggota DPR yang meminta Boediono dan Sri Mulyani nonaktif, hingga munculnya wacana pemakzulan,mengundang kecurigaan, jangan-jangan semua gerak Pansus memang ditujukan semata untuk mendongkel Sri Mulyani dan Boediono.

Fakta penting lain yang tak mungkin dimungkiri, DPR telah menerima Laporan Keuangan Tahunan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) tahun buku 2008 pada 28 April 2009.Laporan diserahkan kepada Ketua DPR,Ketua Komisi Keuangan, dan Presiden. Laporan itu pun telah diaudit BPK dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Di dalamnya, tercantum penjelasan soal penyelamatan Century. Juga disebutkan bahwa hingga akhir 2008, dana penyelamatan yang sudah dikucurkan LPS Rp4,9 triliun.

Dalam hasil auditnya,BPK bahkan memberikan catatan bahwa hingga proses audit pada Maret 2009, dana penyelamatan sudah mencapai Rp 6,1 triliun. Jika begitu, yang menjadi pertanyaan, kenapa kemudian baru pada Agustus 2009 para anggota DPR tiba-tiba seperti tersambar geledek mendengar kucuran dana ke Century mencapai lebih dari Rp 6 triliun? Kenapa pula mereka berbalik mempertanyakan alasan penyelamatan bank itu? ”Anda sendiri bisa menginterpretasikan semua ini,”kata Sri Mulyani.(*)

Wimar Witoelar

Friday, February 5, 2010

Genius satu ini mengemukakan banyak hal yang musykil

RELATIVITAS atau KENISBIAN

Anwari Doel Arnowo

Kamis, 18 September 2008

"Put your hand on a hot stove for a minute, and it seems like an hour. Sit with a pretty girl for an hour, and it seems like a minute. THAT'S relativity." - Taruhlah tanganmu diatas pemanggang api untuk satu menit lamanya, dan itu terasa bagaikan satu jam. Duduklah dengan seorang perempuan yang jelita selama satu jam, dan itu akan terasa hanya seperti satu menit saja.

Ini adalah kata-kata yang dipergunakan dalam menggambarkan masalah kejelasan atas Teori Relativitas yang terkenal, karena dunia pengetauan telah dibantu dibuat terang oleh Albert Einstein (seorang Amerika kelahiran Jerman, ahli fisika yang telah berhasil mengembangkan Teori Relativitas baik yang umum maupun yang khusus. Dia adalah seorang penerima Hadiah Nobel untuk Ilmu Fisika pada tahun 1921. Lahir pada tahun 1879 dan meninggal pada tahun 1955).

Sudah berulang kali saya menyitir bahwa tidak ada yang tetap di dunia ini, baik dalam bentuk fisik (seperti alam dan segala isinya) maupun dalam bentuk non fisik (seperti halnya pemikiran dan ajaran-ajaran serta ilmu pengetauan dan kepercayaan).

Itulah mengapa saya berpikir bahwa manusia atau makhluk lain-lainnya itu tidak dapat tidak, telah dibatasi dalam menjalani hidup di dalam kehidupannya diatas Planet Bumi yang kita cintai ini. Kalau terlalu lama, misalnya lebih dari 140 tahun, maka dia akan begitu mapannya dengan kebiasaannya dan kenyamanannya, dia tidak akan mau berubah, meski hanya satu mili meterpun. Mengapa kita dilahirkan lengkap dengan cinta dan benci? Itu sudah memang menjadi kelengkapan hidup kita. Kita mencintai anak-anak keturunan kita, tetapi pada abad yang lalu, telah banyak juga orang yang sadar bahwa bukti cinta kita itu harus diwujudkan dengan cara menciptakan alam yang nyaman, yang akan bisa dinikmati oleh anak keturunan kita dan keturunan mereka juga, nantinya. Kelengkapan kita yang lain, di antaranya: lahir dan mati. Sebelum lahir, kita ini apa? Yang kita tau hanya secara ilmu biologi dengan adanya sprema dan tercipta seorang Manusia atau Makhluk yang dilahirkan. Setelah mati, apa yang terjadi? Yang kita tau hanya tubuh yang sudah tidak berdaya karena ada sesuatu yang meninggalkannya. Apa yang telah meninggalkan tubuh kita itu? Menurut kepercayaan dan ilmu keTuhanan, yang pergi dan meninggalkan tubuh itu adalah nyawa, spirit atau sukma atau jiwa atau ruh. Dari sudut pandang Ilmu kedokteran, yang meninggalkan tubuh kita itu masih belum bisa di identifikasi, karena belum dikenal dalam istilah yang ada di dalam Ilmu Kedokteran, karena masih dalam tahap nol besar. Itu adalah kondisi sampai pada saat ini. Mungkin pada seratus tahun lagi akan ada penjelasan yang bisa diterima oleh akal semua pihak. Oleh karena sebagian besar orang pada saat ini hanya peduli kepada kondisi pengetahuan sampai dengan saat ini saja, maka mereka hanya peduli sampai nanti kalau sampai pada saat ajal saja. Sesudah itu, secara ilmu pengetahuan yang ada, masih belum bisa diharapkan datangnya penjelasan yang mantap yang bisa diterima oleh mayoritas penduduk di Bumi sekarang.

Mengingat hal-hal tersebut tadi, maka tidak perlu sebenarnya bagi kita yang masih hidup di dunia ini mempertahankan semua pendapat, dalil dan dogma dengan mengorbankan nyawa kita. Kita ini telah lahir dengan kelengkapan berupa akal dan budi, berupa kemampuan berkomunikasi, biarpun dengan makhluk lain yang bukan manusia. Seperti saya dengan anjing piaraan saya, manusia lain dengan binatang peliharaannya atau yang liar sekalipun. Kita telah diberi kemampuan berpikir dan lain-lain kemampuan yang bisa menyenangkan hidup kita maupun hidup sesama kita. Juga telah dilengkapi segala kelengkapan dengan kemampuan yang semuanya bertentangan dengan kemampuan-kemampuan yang telah saya sebutkan terdahulu. Bisa destruktip, bisa membangun, bisa membinasakan dan bisa mencipta apa saja. Semua sifat kita yang positip maupun yag negatip, semuanya terpulang kepada manajemem diri kita dalam mengelola semua perangkat yang ada di dalam tubuh kita itu. Semua perangkat tadi telah melekat di dalam tubuh kita sejak lahir, bukan dipasang (diinstall) setelah kita lahir. Sekali lagi terpulang kepada kita, kita mampu atau tidak mampu mengelolanya dan menyelia semua perangkat tadi. Pengelolaan dan penyeliaannya akan menentukan menjadi jenis manusia apa kita, manusia biasa, manusia pilihan yang baik atau buruk, atau bahkan manusia yang luar biasa tetapi baik atau buruk juga. Baik dan burukpun tergantung kepada cara pandang dan cara memantaunya serta bagaimana suasana situasionalnya.

Secara kebetulan saya baru menerima email dari seorang teman yang amat rajin menambahi pengetauan saya dalam banyak bidang, yang selalu amat saya syukuri dengan senang hati. Saya bagikan kepada anda pengetauan dan sarana dalam merenungkannya.

Untuk menambah ketajaman visi dari apa yang telah kita bicarakan ini, saya anjurkan kepada anda para pembaca yang tersambung dengan internet, untuk membuka link berikut dan mengamati dengan tajam, kalau perlu berulang-ulang melihat, setiap kali dengan lebih teliti. Silakan buka dan KLIK DUA KALI di sini: FantasticTrip(Jeje).pps (1169KB) . Bagi anda yang membaca tulisan ini dan kebetulan tidak mempunyai hubungan dengan internet, carilah koneksi ke internet dan ketik ini untuk bisa melihatnya.

Anda akan tercenung dan terkesan luar biasa. MELIHAT dengan kasat mata, apa yang ada di diri kita, di atas diri kita dan di bawah kita serta apa saja yang membentuk opini bagaimana hal-hal yang selama ini telah tidak pernah menjadi atau malah tidak pernah menarik perhatian kita. Teman pengirim email ini membuat pernyataan, setelah meresapinya, dengan kata-kata: Who am I, really ???

Saya sendiri merasa kecil sekali, bagaikan sebuah debu sebuah matter atau zat yang tidak ada arti dalam besarannya. Itulah gunanya kita punyai wawasan, memilikinya dan menyadarinya, bagaimana cara meletakkan diri kita dalam menjalani hidup di dunia. Menghadapi pluralnya bagian-bagian dunia. Tidak pernah tetap, akan berubah pada setiap saat, menjalani siklus kehidupan yang dijalani, mau atau tidak, rela atau tidak, semua bermula dan semua berakhir.

Kita tidak lupa kebesaran seseorang, kebesaran sebuah pemerintahan, kerajaan dan kedigdayaan sejak sebelum jaman Nabi Luth, Samson, Pharaoh, Napoleon, dan segala macam bentuk paham dan dalil serta dogma serta kepercayaan, telah bergerak perlahan dan membesar. Apa yang terjadi setelah membesar? Yang terjadi adalah meletusnya, meledaknya kebesaran dan menjadi berkeping-keping. Itulah fakta. Raden Wijaya, Kaisar Nero atau Kubilai Khan serta Hittler dan Mussolini. Bagaimana pula nasib Stalin dan Komunismenya serta kejayaan Prancis dalam berperang melawan gerakan nasionalisme di Viet Nam? Semua menggelembung dan berakhir terpecah menjadi bagian-bagian kecil-kecil dan dilupakan orang selamanya. Ini semua menggugah kita dan mengingatkan kita mengenai kenisbian, mengenai ketidak-berdayaan kita, mengenai labilnya bentuk dan rupa apapun di dunia ini sejak dahulu kala, sekarang dan sampai yang akan datang sekalipun. Bagi siapa saja di antara kita yang merasakan dirinya telah menjadi besar, bersiap-dirilah untuk menurun dan juga untuk mengecil sekecil apapun yang menjadikan anda tidak besar lagi. Siapa bisa berpikir bahwa seorang anggota dpr kita bisa jatuh pamor dan dipenjara? Eksekutif pemerintah juga, seperti eks Menteri Agama dan Duta Besar kita yang Jenderal Polisi? Presiden John Fitzgerald Kennedy dan pendeta Martin Luther King serta petinju Mohammad Ali juga telah menemui akhir yang tidak diharapkan.

Kita tidak perlu mengatakan bahwa apa yang kita percayai adalah selama-lamanya, eternity-kekekalan-keabadian dan kebakaan..

APA ETERNITY itu?

Eternitypun adalah relatip jadi juga bersifat relativitas.

Saya mengakhiri tulisan ini dengan kata-kata sang maestro, seorang besar dalam ilmu, tetapi sedikit eksentrik dan selalu dikenang, Albert Einstein lagi, yakni: "Life is like riding a bicycle. To keep your balance you must keep moving" Hidup seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan anda harus tetap bergerak.

Anwari Doel Arnowo

Kamis, 18 September 2008 - 22:55:34

---ooo000ooo----