Tuesday, August 10, 2010

RIANG GEMBIRA SAMPAI TUA SEKALI

ANWARI DOEL ARNOWO
10 Agustus, 2010

RIANG GEMBIRA SAMPAI TUA SEKALI

Mengherankan. Apa? Seseorang mengatakan bahwa saya ini TMI, hanya karena saya lupa kepada sesuatu hal. Apa pula TMI itu? Ternyata itu adalah singkatan dari Too Much Information(terlalu banyak informasi), setelah ditertawai, saya dikatai lagi dengan istilah overloaded (bebannya berlebih). Saya ikut tertawa lepas ... Bukankah saya ulang-ulang di banyak kesempatan yang terlintas, kata-kata yang merupakan favorit: The older I get, the better I was – Makin tua, makin baiklah saya yang dahulu.
Kalau tertawa itu bagus, memang sulit dibantah. Bahwa tertawa, ataupun berteriak kegirangan dengan suara ekstra keras itu amat melegakan perasaan bagi siapapun dia, apakah dia itu seorang miskin, atau yang tua renta dan didera penyakitpun kalau bisa tertawa, pasti sekejap sekalipun akan bergembira. Seperti secercah cahaya matahari di dalam lubang penambangan di bawah tanah. Seberkas sekalipun, sekecil apapun cahaya itu membuat suasana hati akan gembira. Saya telah menelaah dan membaca sebuah artikel mengenai orang yang sudah tua usia, bahwa mereka perlu membuka diri lebih luas dan melebar dan mendengar lelucon-lelucon sehingga memicu tawa yang lepas, pas .. paassss .... Tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata itu membakar sejumlah kalori yang nilai besarannya sampai sama dengan lari jogging sekian puluh meter. Hal-hal yang seperti ini akan bisa  mengurangi rasa sepi dan kesepian, bersosialisasi dengan benar dan itu sungguh-sungguh akan bisa  menambah usia lebih panjang dan nyaman kehidupannya. Hal ini terbukti dari data-data yang ada dan bukanlah reka-rekaan tetapi diselidiki, dipelajari dengan teliti oleh seorang yang ahli di bidang  demography khusus bagi mereka yang disebut The Aged (Yang Sudah Tua). Itu adalah data statistik, jadi tidak memuat bukti-bukti yang nyata secara ilmiah.  Saya melihat di halaman Toronto City Hall ada meja dan kursi dari beton yang diduduki oleh orang-orang manula (manusia usia lanjut) yang sedang bermain catur. Ternyata mejanya itu memang sudah dibuat berpetak-petak yang siap bisa dipakai main catur. Di Spadina dimana terdapat China Town (kampung China) saya lihat mereka yang gaek-gaek (bahasa Sumatera Barat untuk tua-tua) masih bermain kartu majang (Mah Yong) yang malah membuat lingkaran berjejal karena termasuk dengan yang ikut berkerumun menonton juga.
Yang amat jelas dan sudah berbukti, semua sifat yang berlawanan dengan hal-hal diatas, seperti bermurung durja, bermuka masam, berfikir negatif, berburuk sangka, dengki dan iri serta dendam kesumat  itu sama saja dengan memicu timbulnya penyakit baru atau malah menambah parahnya  penyakit lama. Kalau yang seperti ini, sudah banyak buktinya bukan saja secara statistik tetapi secara ilmu biologi, telah pernah ditemukan rangkaian dan urutan kejadiannya. Hal-hal itu semuanya kan menimbulkan kondisi tertekan atau stress. Hindarilah hal-hal negatif dan anda mungkin masih akan bisa dan sempat terselamatkan untuk bisa memungkinkan mengalami mati sambil tertawa ... . Ini saya hanya sekedar berekspresi oleh karena pernah adanya satu seri buku-buku kecil yang judulnya Mati Tertawa Cara Russia (Laughing Out Loud To Death The Russian Way) dan lain-lain bangsa serta bahasa. Mungkin dari semua kematian tidak banyak yang bisa mati sambil tertawa, karena saya selalu ingat bahwa manusia itu lahir dan mati memang mau atau tidak mau pasti akan menangis. Kala waktu lahir yang menangis adalah si jabang bayi, akan tetapi kalau meninggal maka itu adalah mereka yang ditinggalkan oleh almarhum,  yang  biasa melakukannya, yakni menangisi yang meninggal dunia.  Ataukah ada kecualinya?
Ternyata hidup di hari tua itu amat tergantung manusianya masing-masing. Mari kita bicarakan yang berikut ini. Dahulu kala di era kehidupan kakek-kakek kita, demikian juga halnya kakek saya, umur 50 tahun akan sudah terlihat tua dan rapuh, terlihat dari guratan-guratan wajah serta kulit di sekujur tubuhnya. Saya yang sekarang sudah berumur 72 tahun, bukannya tidak mengalami yang seperti tu, tetapi saya sungguh berterima kasih kepada kondisi saya yang masih mampu mempunyai target berjalan kaki per hari sebanyak 5000 langkah kaki. Itu saya setel di pedometer saya yang ada di dalam IPod Nano merek Apple. Dalam beberapa kesempatan saya malah menyelesaikan jumlah langkah yang lebih dari 9000 lebih dan bisa membakar 400 kalori.  Sambil berjalan kaki saya bisa mendengarkan musik generasi saya, yang favorit maupun yang populer.
Memang saya boleh saja berbangga, akan tetapi saya tidak bisa terlalu lama berbangga.
Apa pula pasalnya?
 Di mana saya berada dan tinggal saat ini di Toronto, Kanada, bukan sekali dua kali saya bertemu dengan manusia segala ras dan asal, berusia jauh di atas saya. Saya lihat di Kantor ONTARIO SERVICES yang melayani semua prosedur formalitas asurasi gratis  bagi kesehatan penduduk Ontario, ternyata juga melayani masalah Surat Ijin Mengemudi (SIM). Di dinding di dalam pigura yang bersih dan amat informatif, saya membaca bermacam-macam jenis  informasi mengenai segala macam prosedur yang memudahkan pelayanan kepada rakyat. Di antara  yang amat menarik bagi saya adalah adanya bagian yang menerangkan bahwa bagi mereka yang berumur lebih dai 80 tahun, masih diberi kesempatan untuk mendapatkan SIM, meskipun harus ditambah dengan pemeriksaan kesehatan tambahan yang lebih teliti. Saya kurang tau persisnya peraturan yang berlaku bagi mereka di Indonesia, meskipun saya pernah diberi tau bahwa SIM di Indonesia tidak akan diberikan kepada mereka yang telah berusia 82 tahun. Tetapi di sini saya menyaksikan mereka yang usianya di atas 80 tahun masih kedapatan sedang mengemudi kendaraan roda empat berupa mobil sedan atau SUV dan juga sejenis sepeda beroda empat, juga khusus bagi mereka yang sudah lumpuh atau tidak kuat berjalan kaki, digerakkan dengan tenaga batere listrik isi ulang. Mereka ini ada di mana-mana, di Kantor, di Kedai Kopi Tim Horton atau Starbuck dan Second Cup, di taman-taman serta di toko-toko buku atau supermarket. Semuanya mandiri, tanpa pengawal seorangpun. Menyeberang jalan yang ramai dan padat, tentu saja di tempat menyeberang yang resmi, lalu meluncur dengan kecepatan lumayan sekitar dua puluh atau tiga puluh kilometer per jam. Semua dilakukan sendiri, naik trotoar, turun dengan lift masuk stasiun subway, naik ke dalam kereta bawah tanah ini, sendirian. Biasanya di kereta luncurnya ini sudah ada tergantung barang-barang yang diperlukannya seperti minuman dan keperluan lain. Padahal sebagian dari mereka ini mungkin 30% jumlahnya adalah orang yang cacat fisik., seperti yang kepalanya terletak miring seperti dialami oleh Stephen Hawking, sang ilmuwan, dan mukanya menghadap ke arah samping, tetapi bergerak lurus kedepan, pandangan matanya melihat, dengan sudut matanya saja melirik terus menerus ke arah depan. Mereka ini biasanya tidak pernah minta dikasihani, tidak merasa harus diistimewakan. Hal ini  karena masyarakat sudah tanpa beban, selalu memberi penghormatan kepada mereka, justru karena kondisi cacatnya itu. Yang biasa dan sehat serta non cacat (dulu istilahnya orang normal), selalu siap dan bersedia membuka jalan, memberi peluang, malah mendahulukan bilamana  memang bisa melakukannya. Ini saya lihat di Vancouver, di Calgary, Toronto, Montreal, Ottawa dan Quebec City dan di desa-desa, bukan di kota-kota saja, yang manapun yang pernah saya lalui.
Di umur 72 tahun yang saya alami sekarang ini, telah menyebabkan saya beberapa kali disebut oleh  orang lain dengan sebutan Young Man, karena yang menyebut saya itu adalah seorang Ibu yang ternyata usianya 87 tahun, yang masih berjalan sendiri. Juga seorang Bapak yang usianya 89 tahun, juga masih berjalan dengan menggunakan kakinya tanpa alat penopang apapun. Dia juga pernah bertempur di atas Negara Jerman ketika menyerbu ke sana, di atas sebuah pesawat pembom (Bomber) yang bertugas dalam masa Perang Dunia Kedua. Mereka memandang saya sebagai Anak Muda. Sampaikah umur saya seperti mereka? Yang memicu pertanyaan saya itu adalah oleh karena saya tidak banyak melihat yang seusia mereka itu di Indonesia, bisa berlalu lalang seperti mereka, bisa berkeliaran di mana-mana dan yang hebatnya adalah: mandiri.
Dua tahun yang lalu saya masih berumur 70 tahun, pada suatu saat saya pernah merasa tua. Tetapi saya ingat bahwa semua manusia di dunia ini, kalau hidupnya wajar-wajar saja, tidak mati karena berperang, karena terserang penyakit atau mati karena bunuh diri, tentu akan mencapai usia yang lebih tua dari ibu yang melahirkannya. Hal ini diyakini karena setiap kali, selalu  ada peningkatan kesadaran untuk hidup sehat, mengonsumsi makanan yang bergizi dan bersih serta juga bertambah baiknya kesadaran menjaga lingkungan hidup, serta bertambahnya kualitas obat untuk melawan penyakit. Kekhawatiran bahwa saya akan meninggal sebelum waktu sekarang, itu timbul dan benar terbukti memang sama sekali tidak beralasan. Apa sebab? Ibu saya meninggal pada usia beliau yang mencapai 72 tahun. Apalagi mengingat bahwa ayah saya meninggal pada usianya yang 80 tahun dan ibu dari ayah saya dikirakan pada waktu meninggal dunia pada usia 94 tahun. Aah, berapa sajalah umur saya itu, saya idak perduli, tidak takut untuk mati dan tidak menjauhi atau mengundang mati. Biar saja saya tidak tau, memang kan urusan kematian saya itu, sudah ditentukan, bukan urusan saya. Mau terjadi setelah selesai menulis kalimat ini atau selesai menyelesaikan tulisan ini, saya tidak merasakan ada beban yang tertinggal di tengah perjalanan hidup saya. Seperti yang selalu tercantum nama saya di bawah setiap email, saya selalu menulisi: Flowing like water, avoid big conflicts – Mengalir bak seperti air, menghindarkan  diri dari konflik yang besar.
Dalam sebuah tulisan yang lain pada tahun 2007 saya menulis sebuah artikel bahwasanya manusia usia lanjut itu ternyata bukanlah sebuah kelompok yang banyak  menghabiskan uang pajak mereka yang masih aktif bekerja. Apa buktinya? Ternyata karena sistem jaminan hidup layak bagi rakyat Kanada itu menganut tata kelola, yang banyak dilakukan di negara lain juga, yakni yang memberi kesempatan kepada siapapun, tanpa batas usia sepanjang masih mampu bekerja normal sesuai usianya, untuk ikut berpartisipasi bekerja dengan mendapat bayaran berupa gaji, atau bahkan yang sama sekali suka rela dan tanpa gaji sepeserpun. Yang terakhir ini diberikan juga kepada mereka yang mau bekerja dari pada terlalu banyak waktu luangnya sebagai antara lain paramedik, perawat, pegawai perpustakaan serta konsultan-konsultan yang memerlukan orang-orang berpengalaman dalam macam-macam bidang. Kontribusi mereka yang bekerja tanpa gaji ini, pernah dihitung dengan teliti berapa besarannya. Ternyata angkanya mencapai empat koma tujuh miliar Canadian Dollar per tahun untuk Propinsi Ontario saja. Anda akan lebih terkejut lagi kalau pada suatu saat bisa mendapakan angka ini untuk seluruh negeri Kanada.
Orang Tua bukanlah benalu, mereka produktif juga ikut membangun masyarakat di sekelilingnya.

Anwari Doel Arnowo
Toronto – 10 Agustus, 2010

Thursday, May 6, 2010

Biasanya orang tua menghindari konsumsi berupa susu, padahal ....


The Truth About Milk 

When grownups think of milk, they tend to think either “something to add to my coffee” or “something to serve children.” But research is confirming that regularly drinking a tall glass of cold milk is every bit as important for adults as it is for children. And milk is proving to be even more important for people with diabetes.

Studies show that milk is absolute magic for blood sugar. It’s high in protein and low in carbohydrates, the perfect combination for steadying blood glucose levels. But the magic comes from milk’s mysterious ability to protect against insulin resistance. 
You can tame your insulin resistance by up to 21 percent when you incorporate low-fat milk into your daily diet. This result has been proven by not one, but two, Harvard studies.

Always opt for fat-free, skim milk. Whole milk is laden with calories and bad-for-you fat that actually increases insulin resistance. Even 1 and 2 percent milk have a fair amount of saturated fat, the kind that clogs arteries and raises cholesterol. But if you stick to skim, you’ll get all the insulin-maximizing benefits without the fat—and you’ll actually get more calcium than you would with whole fat milk. Now that is magic!

If you’re not a fan of skim milk because it’s too thin, try ultra-pasteurized fat-free milk, also called UHT (ultra-high temperature), such as the brand Parmalat. It tends to have a creamier texture than regular fat-free milk, but no more fat or calories. UHT milk is usually found in the non-refrigerated section of the grocery store because of the pasteurization process it goes through to keep it safe at room temperature. Finding it in a different aisle may seem weird at first, but it will taste just like normal milk once it’s chilled.

To get these blood-sugar stabilizing benefits, drink one eight-ounce glass of skim milk per day. And yes, it counts if that glass comes to you via your cereal bowl.

Thursday, April 1, 2010

USUL SAYA YANG MUDAH, MENGENA DAN MURAH SERTA BERKELANJUTAN

Anwari Doel Arnowo  - 1 APRIL, 2010
SILAKAN MEMBACA USUL SAYA YANG MUDAH, MENGENA DAN MURAH SERTA BERKELANJUTAN DI BAGIAN BAWAH.

(Dimuat di harian Seputar Indonesia hari ini.)
Tujuh Koridor Belum Steril
Wednesday, 31 March 2010
JAKARTA (SI) – Dari delapan koridor busway yang saat ini beroperasi, hanya di koridor I saja yang masih steril dari kendaraan selain bus Transjakarta. Sisanya, tujuh koridor (II–VIII) masih sering diserobot kendaraan lain.

Asisten Manajer Pengendalian BLU Transjakarta Iqbal Gafar mengakui, ketujuh koridor memang masih dipenuhi kendaraan mulai dari sepeda motor, taksi, bus umum, hingga mobil pribadi.” Akibatnya bus Transjakarta tetap terjebak macet. Apalagi di koridor delapan, arah Lebak Bulus ke Harmoni. Di koridor ini selalu macet apalagi saat melintas di Permata Hijau,” ujar Iqbal Gafar, kemarin.

Jika dibiarkan begitu saja, maka bus Transjakarta tidak akan berbeda dengan transportasi massal lainnya yang selalu terjebak macet. ”Kami terus mengupayakan untuk sesuai dengan konsep awal, yakni dengan mensterilkan koridor yang dilalui kendaraan lain,”tuturnya. Untuk mensterilkan jalur busway, dibutuhkan kerja sama antara pihak-pihak terkait,seperti pihak kepolisian.

”Ini juga membutuhkan kesadaran masyarakat untuk tidak melalui jalur busway,” bebernya. Di tempat terpisah,Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Selamat Nurdin mengatakan seharusnya koridor busway memang benarbenar steril. ”Selain mengantisipasi kemacetan lalu lintas, sterilisasi koridor ini juga menjadi cara efektif menghemat bahan bakar gasnya,” ungkapnya. Masalah transportasi di Ibu Kota, menurut Selamat, bukanlah hanya tanggung jawab pemerintahan saja.

”Kami butuh kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti aparat kepolisian,” ujarnya. Pemerintah dan polisi juga membuat MoU untuk mensterilkan busway. Selamat menambahkan, sudah saatnya busway berdiri sendiri. ”Kalau seumpamanya busway ini sudah menjadi PT, setidaknya mereka akan bisa mengatur sendiri. Mulai dari membuat kebijakan hingga mengoperasikan biaya operasional,”  ujarnya. Sementara itu, sejumlah penumpang mengaku senang naik bus Transjakarta.

Meski saat ini bus Transjakarta sering terjebak macet akibatnya jalurnya diserobot kendaraan lain. ” Selain murah, naik busway juga mengurangi kekhawatiran dari aksi copet,” ujar Arif, salah satu penumpang busway. Sebelumnya, pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga menilai ada dua kendala utama dalam penataan transportasi.

Pertama ketidakseriusan pemerintah dalam mengatasi kemacetan. Sebab, hingga sekarang belum ada aksi konkret baik dari pemerintah pusat maupun Pemprov DKI. Kendala kedua yakni pelayanan busway masih buruk. Berdasarkan evaluasi selama enam tahun, hanya Koridor I (Blok M-Kota) yang terbilang cukup. Sementara,tujuh koridor lain masih sangat memprihatinkan, baik dari aspek kecepatan, keamanan hingga kenyamanan penumpang. (emi harris)


Photograph: Anwari Doel Arnowo  - 09/09/2008 - 09:18:09


USUL SAYA:

Bis Transjakarta yang lebih dikenal dengan kata Busway itu bisa berjalan dengan lancar apabila: ARAH BERLALUNYA BIS DIUBAH MENJADI BERLAWANAN DARI YANG BERLAKU  SEKARANG.
Saya usulkan seperti itu karena setiap bis yang ada ternyata sudah di desain menggunakan pintu geser buka tutup otomatis yang bisa diatur oleh para petugas dan  pengemudi. Pintu-pintu geser itu telah tersedia di kanan maupun di kiri badan bis.
Dengan kondisi seperti itu, maka tanpa tambahan biaya apapun akan bisa tetap mengoperasikan bis-bis yang sudah meggunakan biaya investasi besar sekali ini, bisa menghemat biaya operasi. Penghematan ini akan bisa dipakai untuk menambah mutu pelayanan kepada para penumpang pelanggan. Apalagi siapapun pengguna lalu lintas dengan kendaraan lain di luar bis Transjakarta tidak akan bisa lagi masuk ke dalam jalur bis Transjakarta.
Bagi saya, usul seperti ini seharusnya sudah ada sebagai alternatif (pilihan) sewaktu masih dalam tahap awal dari studi kelayakan operasi.
Saya masih memiliki dua tata cara penghindaran dan pengurangan  macet, yang bisa memaksa rata-rata orang Indonesia yang tidak suka disiplin, tetapi saya menunggu sampai ada tanggapan positif mengenai usul di atas terlebih dahulu, sebelum menyampaikannya ke depan umum.
Anwari Doel Arnowo – 1 APRIL, 2010 

Thursday, March 11, 2010

Jangan Menyepelekan akal manusia


Bian, CERITA BERPHOTO ini cerita bagus.
Mengingatkan saya kepada kejadian di sebuah terowongan di Gubeng Kertajaya,
Surabaya. Ada kedaraan yang biasa disebut mobil box, tersangkut atap boxnya
di bawah beton jembatan layang kereta api. Mobil utuh, hanya atapnya
"nempel" di beton jembatan. Roda berderit dan mesin mengaum-aum. Orang-orang
hanya menonton tidak  ada yang bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba ada anak
laki-laki kecil yang berkata dengan suara amat lantang: "KEMPESKAN
BAN-BAN-NYA!" . Sadar bahwa itu patut dicoba, beberapa orang bergegas
melakukan nasihat seorang anak kecil. Mobil box lewat dengan lancar keluar
terowongan dan kerumunan orang bubar. TIDAK ADA YANG MENGINGAT UNTUK MEMBERI
TERIMA KASIH KEPADA ANAK KECIL TADI ......



- Show quoted text -

--
Anwari Doel Arnowo
anwaridarn...@gmail.com
Verba volant scripta manent...
Literal: spoken words fly away, written words remain
Literal: kata diucapkan akan terbang menghilang, tetapi yang dituliskan akan
abadi

ATT02370.gif
11K View Download

ATT02380.jpg
53K View Download

ATT02378.jpg
40K View Download

ATT02372.jpg
80K View Download

ATT02374.jpg
87K View Download














[]





ATT02376.jpg
75K View Download

Monday, March 8, 2010

CERNA MAKANAN DENGAN GIGI YANG SEHAT



Anwari Doel Arnowo
Apa yang bisa kita kerjakan?
3/9/2010 3:49:38 AM
Ini bukan iseng.
Memerlukan ketelatenan, kemauan dan kebersamaan.
Cucu saya yang paling muda hari ini berumur empat tahun. Sejak tiga bulan yang lalu, secara amat intensif  saya memberitau dia bahwa menghisap jari jempolnya itu tidak baik. Sudah selama hampir dua tahun lamanya, dia menghisap jempolnya, dan saya lihat, bahwa dua gigi depannya di bagian atas, telah tumbuh agak menjorok ke depan. Dengan segala macam cara saya ingin menunjukkan bahwa hal seperti itu merugikan dia. Saya cari photo di internet orang yang giginya seperti Tokoh Lenong bernama BOKIR. “Kurang bagus, kan?” kata saya kepadanya dengan maksud membujuk agar menghentikan kebiasaannya menghisap ibu jari tangan kanannya.
Dia memang selalu manggut-manggut mengiyakan, akan tetapi tetap saja dia masih kalah dengan kebiasaannya sendiri. Lebih enak menghisap jempol (Thumb Sucking). Wah saya baru ingat ketika melihat gambar-gambar dan photo-photo mengenai gigi manusia, ternyata  ada juga Fingers Sucking (Menghisap Jari yang lain).  Dua bulan yang lalu dia sakit tiga hari dalam seminggu dan sudah tiga minggu berturut-turut. Suatu saat ada tiga nenek-nenek yang masih famili, datang bertamu dan melihat si cucu ini sedang seperti flu begitu. Spontan salah satu nenek ini bilang, sebaiknya menghentikan kebiasaan menghisap jempolnya meskipun belum pernah bertemu muka dengan cucu saya tersebut, karena kata sang nenek, bisa masuk penyakit dari kebiasaan itu. Saya minta cucu saya mendengarkan sang nenek itu mengatakan langsung kepadanya. Cucu saya terlihat amat terkesan dengan penjelasan bahwa thumb sucking itu tidak sehat dan sakitnya bisa berkelanjutan.
Malam harinya ketika masuk tempat tidur dan memulai ritualnya menghisap ibu jarinya, tiba-tiba saja dia membatalkan keinginannya yang biasanya kuat itu. Dikalahkannya sehingga dia sambil mengantuk, menyembunyikan tangan kanannya di bawah bantal, dan mulai tidur. Sekarang sudah sekian minggu dia tidak melakukan bad habbitnya itu.
Pagi ini saya ketik di google.com : DENTAL GROWTH, muncul beberapa pilihan dan saya klik salah satunya, yang saya kutip di bawah ini:

The American Association of Orthodontists recommends all children get
a check-up with an orthodontic specialist no later than age 7.
HERES WHY:
Orthodontists can spot subtle problems with jaw growth and emerging teeth while
some baby teeth are still present.
While your child’s teeth may appear to be straight, there could be a problem that
only an orthodontist can detect.
A check-up may reveal that your child’s bite is fine. Or, the orthodontist may identify
a developing problem but recommend monitoring the child’s growth and development,
and then, if indicated, begin treatment at the appropriate time for the
child. In other cases, the orthodontist might find a problem that can benefit from
early treatment.
Early treatment may prevent or intercept more serious problems from developing
and may make treatment at a later age shorter and less complicated. In some cases,
the orthodontist will be able to achieve results that may not be possible once the
face and jaws have finished growing.
Early treatment may give your orthodontist the chance to:
Guide jaw growth
Lower the risk of trauma to protruded front teeth
Correct harmful oral habits
Improve appearance
Guide permanent teeth into a more favorable position
Create a more pleasing arrangement of teeth, lips and face
Through an early orthodontic evaluation, you’ll be giving your child the best
opportunity for a healthy, beautiful smile.
If your child is older than 7, it’s certainly not too late for a check-up.
Because patients differ in both physiological development and treatment
needs, the orthodontist’s goal is to provide each patient with the most
appropriate treatment at the most appropriate time.
The Right Time for an Orthodontic
Check-Up: No Later than Age 7
www.braces.org
© 2004 American Association of Orthodontists
1-800-STRAIGHT
CROSSBITE OF FRONT TEETH CROSSBITE OF BACK TEETH CROWDING
OPEN BITE PROTRUSION
Front teeth do not meet when back teeth
are closed
In addition, if you notice any of the following in your child, check with your orthodontist:
UNDERBITE SPACING ORAL HABITS
Malocclusions (“bad bites”) like those illustrated below, may benefit from
early diagnosis and referral to an orthodontic specialist for a full evaluation.
early or late loss of baby teeth
difficulty in chewing or biting
mouth breathing
jaws that shift or make sounds
speech difficulties
biting the cheek or the roof of the mouth
facial imbalance
grinding or clenching of the teeth
Final treatment decisions should be made among the parent, child’s dentist and orthodontist.
Visit the “About Orthodontics” section of the
American Association of Orthodontists Web site at www.braces.org
Top teeth are behind bottom teeth Top teeth are to the inside of bottom teeth
The lower teeth sit in front of upper teeth Sucking on thumb, fingers
when back teeth are closed
DEEP BITE
Problems to Watch
for in Growing Children

Yang di bawah ini saya terangkan bahwa gigi-gigi yang warna biru itu akan menggantikan gigi-gigi bayi, bergantian, sampai nanti dewasa dan akan memiliki semua gigi dewasa seterusnya.




Sungguh mengherankan daya penerimaannya mendapat keterangan dari kakeknya, saya ini, bahwa dia perlu menyikat giginya setelah setiap kali makan, bukan hanya sebelum waktu tidur. Ini saya beri contoh setiap hari selama beberapa minggu terakhir ini dan dia kadang-kadang mau  menuruti apa yang saya lakukan.
Ada satu link lagi yang baru mengenai gigi bayi di Wikipedia berbahasa Indonesia, silakan klik:
Bagi saya yang sekarang sudah mendekati umur 72, ternyata pemeliharaan gigi yang baik adalah modal paling utama bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Pada suatu saat pada tahun 2006 saya berada di Toronto University di Fakultas Kedokteran Gigi. Berbincang dengan seorang dosen pengajarnya yang dari aksen bicaranya terlihat asal Italia. Para calon dokter gigi (sebagian besar 3 bulan kemudian diwisuda) anak muridnya, berasal dari mana-mana, seperti  Kazakstan, Afrika Utara, Afghanistan dan Jepang serta China serta India ada di sekelilingnya. Saya menyadari bahwa tanpa sengaja mereka pasti terimbas dengan pengamatan gigi dari bermacam-macam asal bangsa, yang ada di antara para penduduk Toronto yang multi ras (sekitar seratus lebih etnis). Pengamatan tentu saja meliputi pola makan, jenis makanan dan kebiasaan-kebiasaan banyak etnis. Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia tentu saja mengalami yang sama terhadap hal yang mirip dari asal suku bangsa, seperti Aceh, Batak, Jawa sampai Papua. Dua-duanya mempunyai kesamaan situasi, tetapi apakah sudah ada penelitian ke arah hal ini, kami, saya dengan dosen pengajar tersebut di atas, tidak membicarakannya. Yang amat mengesankan saya adalah, kami sepenuhnya sepakat, bahwa gigi yang baik mengakibatkan lebih mudahnya kita mengelola kesehatan yang baik. Pencernaan asupan makanan yang kita konsumsi membutuh kan alat yang vital untuk menghancurkan makanan dengan lebih gampang, agar semua organ yang terlibat di dalam memproses makanan yang dikonsumsi manusia bisa lebih mudah dicerna. Sejak makanan mulai berada di dalam mulut, sampai sisa makanan dikeluarkan melalui anus, semua proses lebih lancar dan normal. Siapapun yang kondisi gigi-giginya prima, maka organ-organ pencernaan di dalm tubuhnya akan bekerja tidak usah terlalu keras, sehingga tidak cepat aus. Seperti telah diketaui sejak melalui tenggorok, usus, ada unsur pancreas, ginjal dan produksi enzym sampai colon sebelum dubur, semua rentetan alur pencernaan makanan bekerja dengan sinkronisasi yang mengagumkan.
Semua hal tersebut di atas amat tergantung pemeliharaan gigi, kondisi dan kesehatannya sejak masa masih bayi. Itu saya rasakan sendiri ketika saya mendekati umur 70an, telah terpaksa memasang gigi implant (klik  http://jiwaragasehat.blogspot.com/2010/03/pasang-implant-anwari-doel-arnowo-rabu.html), sebagai antisipasi kondisi penuaan gusi seorang tua. Saat ini saya amat menikmati makanan apapun yang ada, kacang goreng Bali, emping dan tulang muda serta sayur dan daging sedikit liat karena bantuan gigi-gigi yang duduk di atas implant-implant yang ada. Semua benturan proses penghacuran makanan, beban beratnya diterima oleh tulang rahang, bukan oleh gusi. Gusi seorang yang sudah tua, juga “mengeriput” seperti seperti kulitnya, dan ini menyebabkan gigi menjadi goyang dan tidak leluasa mengunyah. Hal-hal seperti itulah yang muncul dalam pembicaraan mengenai gigi dengan sang Dosen yang asal Italia tersebut.
Selagi sempat buatlah yang terbaik bagi kesehatan gigi anda

Anwari Doel Arnowo
Tuesday, March 09, 2010

Wednesday, March 3, 2010

I N V E S T A S I


Anwari Doel Arnowo – 9 Nopember, 2009
Investasi

Saya pernah membaca sebuah cukilan berita di Reader’s Digest pada awal 1990an, yang menyebutkan: Seorang Menteri Keuangan Republik Singapura, melihat melalui kaca jendela kantornya. Kemudian dia memanggil salah seorang staf-nya dan berkata: “Anda lihat ke arah pelabuhan, ada sebuah kapal Yacht melintas di sana. Coba selidiki siapa pemiliknya dan laporkan kepada saya apa dia bersedia mmelakukan investasi di Singapura”
Pada tahun itu seingat saya, Republik yang juga bebendera Merah Putih ini, ditambah bulan dan bintang-bintang di salah satu sudutnya, sudah termasuk negara yang kaya dan maju. Adapun yang menakjubkan saya adalah, pola pikir dan visi busnis pak menteri yang satu ini amat tajam, meskipun telah saya sebutkan bagaimana makmurnya dan kayanya Republik ini.
Apakah para pegawai pemerintah kita mempunyai hal yang sama dengan yang dipunyai pak menteri tersebut di atas? Saya harap saja saya tidak mendapat cap: sok luar negeri, sok membandingkan negerinya sendiri dengan lain negeri yang lebih maju. Terus terang beberapa kali saya sudah pernah menerima reaksi langsung dan berhadapan ketika membicarakan hal-hal lain yang semacam. Reaksi seperti ini karena berasal dari teman dan kawan tentu bukan dalam diskusi serius dan resmi. Teman-teman dan kawan-kawan saya itu sudah seusia dengan saya dan juga banyak yang bekas pejabat di posisi yang lumayan tinggi. Akan tetapi, hal ini kiraan saya sendiri, mungkin sekali dari sikapnya yang menyesali itulah, dia sendiri telah tidak memikirkannya waktu dia sedang menjabat serta  menguasai hal yang dikerjakannya dahulu. Karena menyesali hal itu, dia ingin memotong dan dengan cara menuntaskan serta menghentikan pembicaraan dengan saya seperti dilakukannya. Sebenarya saya kan tidak punya maksud mengolok-olok dia.  
Tetapi saya hanya ingin berkonsentrasi membicarakan  topik yang amat penting. Bagi diri saya, itu semua amat penting demi dan bagi keuntungan bangsa dan negara.
Mungkin sewaktu bertugas dahulu, dia alpa atau saya juga alpa, maka hal-hal yang ingin saya bicarakan, tentu akan masih bisa digunakan bagi para juniornya atau mereka yang lain-lain yang usianya jauh lebih muda dan lebih bersemangat, yang sekarang sedang berada di posisi yang seperti pernah diduduki kawan saya.
Hari ini, tanggal 9 Nopember, 2009, saya baca di surat khabar Straits Times Singapore halaman B 18  di topik MONEY. Judulnya: Billionaire eyes islands beyond Singapore. Penulisnya, Amresh Gunasingham, mengawalinya dengan kalimat:  
He arrived in a whirlwind publicity earlier this year and bought a $15.46 million penthouse at The Sail@Marina Bay condominium. He wants to spend US$100 million (Singapore $140 million) to buy beach resorts in popular spots such as Bintan and Batam and invest in at least four smaller island which remain largely underdeveloped.
The privately owned islands with combined land area of more than 300ha – or two thirds the size  of Sentosa – are north of Batam.
 TERJEMAHAN BEBAS:
Dia datang seperti angin puting beliung pada awal tahun ini dan membeli sebuah penthouse seharga $15,46 juta (Sin.) yang terletak di The Sail@Marina Bay condominium. Dia bermaksud untuk membelanjakan AS$100 juta (Sin.$140 juta) untuk memebeli kawasan pantai resort yang populer seperti yang ada di Bintan dan Batam, dan melakukan investasi sedikitnya di atas empat buah pulau yang sebagian besar masih belum pernah dikembangkan. 
Doktor Modi (Bhupendra Kumar Modi-à photo di bagian bawah dari tulisan ini) adalah seorang pendiri dan Chairman dari Spice Group yang flamboyan, mempunyai perhatian terhadap bidang-bidang bisnis dalam komunikasi sampai dengan entertainment. Berbicara dengan koran Straits Times bertempat di kediamannya yang luasnya 5,834 square feet (1600 meter persegi lebih), pemegang status Permanent Resident Singapura itu mengharapkan peringkat pengembalian modalnya da di sekitar angka 100 persen.
“Saya tidak pernah menyadari hingga saya sampai di daerah ini bahwa pulau-pulau ini amat besar dan dekat sekali lokasinya” kata Dr. Modi, 60, yang pada bulan Mei pindah tempat tinggal ke sini dari Amerika Serikat.  
Dia juga memindahkan Markas Besar Spice Corp yang tadinya berpusat di Mumbai ke Singapura, dan menyisihkan US$200 juta untuk berinvestasi melalui usahanya di sini.
Sampai saat ini US$100 juta sudah dibenamkan ke dalam bidang properti dan perkantoran yang memerlukan penanaman modal sebesar 20  persen di sebuah usaha online telephony bernama MediaRing pada bulan Agustus.
Selanjutnya dia merencanakan untuk mengubah pusat-pusat turis seperti Pura Jaya di Batam menjadi sebuah sorga dunia bagi mereka yang kaya raya dan terkenal dari Hollywood.
Pemikatnya atau daya tariknya?
Kasino-kasino dan villa pribadi dengan kolam renang dan spa. Dia tidak lupa akan membangun sekolah-sekolah dan Rumah Sakit-Rumah Sakit yang lebih baik di pulau-pulau ini. Pemilik Pura Jaya, seorang pelaku bisnis berkebangsaan Indonesia Zulkarnain Khadir, sudah menegaskan keinginannya untuk melakukan perundingan jual beli dengan para investor, termasuk dengan Dr. Modi.
Itulah isi sebagian dari apa yang ditulis di Straits Times hari ini.
Maksud dan tujuan saya menulis ini tak lain dan tak bukan ingin memberi stimulasi kepada rakyat Indonesia, terutama terhadap pemerintah RI agar dapat membantu pihak-pihak yang sedang menjajagi perundingan bisnis. Seperti yang tersebut di atas, ada kata-kata kasino dan fasilitas lain, untuk kelengkapan seluruh bentuk investasinya Dr. Modi. Kata kasino ini, saya duga akan menjadi pemicu konflik dengan adanya undang-undang RI yang melarang segala bentuk perjudian. Demikian juga halnya mengenai tata kelola sesuai undang-undang yang ada dalam penjualan sebuah pulau kepada orang asing. Saya sungguh berharap hal-hal yang menjadi penghalang itu sebaiknya dapat diberi fasilitas yang memudahkan terlaksananya investasi.
Kita semua tau, ada perjudian di mana-mana.
Di kota dan di desa sekalipun. Pemerintah kita tidak dapat mengelola undang-undang yang berlaku. Saya juga pernah menjadi pengusaha yang menetapkan peraturan-peraturan di dalam perusahaan. Setelah pengamatan dan mengalami sendiri bagaimana rumit dan sulitnya  mengelola peraturan, maka saya sendiri pernah mengambil kesimpulan sebagai berikut. Kalau membuat sebuah kebijakan, maka kebijakan itu wajib dikelola – dikontrol dengan benar. Tegas atau kurang tegas, tetapi semua peraturan harus ditegakkan. Kalau tidak mampu membuat kontrol yang benar, maka sebaiknya dicari jalan lain yang baik dan bisa diterima oleh semua kalangan.
Kalau dirasakan perlu maka penghapusan larangan itu bisa saja dilakukan segera. Tidak ada yang begitu kerasnya dan kuatnya sesuatu di dunia ini yang pada ujung akhirnya tidak akan berubah bentuk menjadi lunak dan lemah juga. Prinsip yang dipegang teguh  seteguh apapun akan bisa berubah menjadi sebaliknya. Belajar dari hal ini, aparat-aparat pemerintah yang ada kaitannya dengan soal investasi harus selalu duduk bersama dari waktu ke waktu, untuk mengikuti perubahan-perubahan apapun yang bisa memberikan fasilitas-fasilitas memudahkan masalah investasi dimaksud di atas.
Negeri kita amat perlu investasi dalam keadaan ekonomi yang porak poranda seperti ini dan ingat, kalaupun Indonesia pada suatu saat nanti akan menjadi makmur, seperti halnya Singapura dua puluh tahun yang lalu, masih akan tetap memerlukan investasi. Amerika Serikat dan Jerman serta Jepang pun memerlukannya.
Saya kutip bagi tokoh kali ini, Dr. Bhupendra Kumar Modi berkata mengenai kepindahannya ke Singapura: “Saya tidak saja berbisnis di sini. Saya bisa berbisnis di manapun. Saya di sini karena melihat masa yang panjang di masa depan.”
Kapan ya, kita bisa menjawab dengan menyilakan dan bisa berbangga mengatakan kepada para investor:
“Silakan merasakan kenyamanan berinvestasi dan berbisnis di sini, di negara kami, di: Republik Indonesia!”


Anwari Doel Arnowo – 9 Nopember, 2009




Bhupendra Kumar Modi – diunduh dari Yahoo

Saturday, February 27, 2010

OTAK dan KECERDASAN




Scientists Unravel Mysteries of Intelligence

FRIDAY, Feb. 26 (HealthDay News) -- It's not a particular brain region that makes someone smart or not smart.
Nor is it the strength and speed of the connections throughout the brain or such features as total brain volume.
Instead, new research shows, it's the connections between very specific areas of the brain that determine intelligence and often, by extension, how well someone does in life.
"General intelligence actually relies on a specific network inside the brain, and this is the connections between the gray matter, or cell bodies, and the white matter, or connecting fibers between neurons," said Jan Glascher, lead author of a paper appearing in this week's issue of the Proceedings of the National Academy of Sciences. "General intelligence relies on the connection between the frontal and the parietal [situated behind the frontal] parts of the brain."
The results weren't entirely unexpected, said Keith Young, vice chairman of research in psychiatry and behavioral science at Texas A&M Health Science Center College of Medicine in Temple, but "it is confirmation of the idea that good communication between various parts of brain are very important for this generalized intelligence."
General intelligence is an abstract notion developed in 1904 that has always been somewhat controversial.
"People noticed a long time ago that, in general, people who are good test-takers did well in a lot of different subjects," explained Young. "If you're good in mathematics, you're also usually good in English. Researchers came up with this idea that this represented a kind of overall intelligence."
"General intelligence is this notion that smart people tend to be smart across all different kinds of domains," added Glascher, who is a postdoctoral fellow in the department of humanities and social sciences at the California Institute of Technology in Pasadena.
Hoping to learn more, the authors located 241 patients who had some sort of brain lesion. They then diagrammed the location of their lesions and had them take IQ tests.
"We took patients who had damaged parts of their brain, tested them on intelligence to see where they were good and where they were bad, then we correlated those scores across all the patients with the location of the brain lesions," Glascher explained. "That way, you can highlight the areas that are associated with reduced performance on these tests which, by the reverse inference, means these areas are really important for general intelligence."
"These studies infer results based on the absence of brain tissue," added Paul Sanberg, distinguished professor of neurosurgery and director of the University of South Florida Center for Aging and Brain Repair in Tampa. "It allows them to systemize and pinpoint areas important to intelligence."
Young said the findings echo what's come before. "The map they came up with was what we expected and involves areas of the cortex we thought would be involved -- the parietal and frontal cortex. They're important for language and mathematics," he said.
In an earlier study, the same team of investigators found that this brain network was also important for working memory, "the ability to hold a certain number of items [in your mind]," Glascher said. "In the past, people have associated general intelligence very strongly with enhanced working memory capacity so there's a close theoretical connection with that."
More information
Learn more about the workings of the brain at Harvard University's Whole Brain Atlas.