Monday, December 7, 2009

Santai saja dalam memikirkan isinya

71.5 years




Anwari Doel Arnowo - 8 Desember, 2009

DESKRIPSI

Cara-cara memberi gambaran

TUHAN.

Digambarkan sebagai Yang Maha macam-macam, yang baik-baik dan hebat-hebat semua. Saya tidak berkeberatan. Yang Maha Kuasa, Yang Maha Mulia, Yang Maha Pengasih Dan Penyayang, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Tau dan lain-lain puja puji.

Eh sebentar, bukankah diajarkan di dalam agama manapun juga, kalau pemeluk agama atau kepercayaan itu alpa dan lupa merentas, merintis serta menapak jalannya kehidupan yang bertentangan dengan jalan agama, berlawanan dengan jalan yang baik menurut penafsiran agama yang memandang segala sesuatu dengan sudut pandang kepercayaan agama itu, maka si pelaku akan dijatuhi hukuman di alam yang ada sesudah masa kehidupan kita di dunia fana. Hukuman tidak menyembah Tuhan berupa siksaan di Neraka yang akan dialaminya nanti dengan segala jenis siksaannya. Di bagian yang di sini, di hati saya timbul keraguan: Apakah benar siksa berkepanjangan akan ditimpakan kepada si pendosa seperti itu? Hukuman melalui undang-undang sebuah negara yang jelas bikinan manusia saja, ada batas waktu hukumannya. Misalnya setengah tahun, sepuluh tahun malah seumur hidup. Ada remisi lho. Apa sih jenis siksanya? Dibakar dengan api Neraka terus-terusan? Dibakar seperti apa? Apanya yang dibakar? Bukankah tubuh yang akan merasakan panas pembakaran, sudah tertinggal di dalam tanah kuburan, dan yang melayang ke dunia sana setelah mati hanya sukmanya, nyawanya dan ruhnya saja. Bisakah nyawa, ruh maupun sukma itu dibakar dengan api? Banyak mereka yang disebut sebagai pemuka agama dan ahli agama atau para penginjil dan para kyai memberikan gambaran bahwa Tuhan itu akan menyiksa siapapun mahluk yang tidak menghormati Tuhan, malah kadang-kadang juga kurang mengikuti ajaran agamanya?? Di sinilah ada ke rancuan antara agama dan Tuhan. Menyembah Tuhan? Seratus persen saya setuju. Menggunakan agama untuk menyembah Tuhan? Seratus persen saya juga setuju. Tetapi memberi perlakuan kepada agama seperti kepada Tuhan, apalagi men-sejajar-kan dengan Tuhan, saya pikir bahwa saya harus bilang: tunggu dulu. Bagi yang ingin seperti ini, silakan, saya tidak bersedia memberi komentar. Silakan saja. Saya hanya minta agar saya dibiarkan bebas dengan jalan pikiran saya. Saya juga sudah pernah mencoba mngeluarkan pendapat seperti ini secara langsung kepada orang lain, mendapat sanggahan, bahwa saya salah dalam menafsirkan dan lain-lain sanggahan. Tetapi para penyanggah tadi terlihat tidak mampu untuk meyakinkan diri saya, karena argumennya mulai agak tidak terarah. Bukannya menjawab yang mampu membuat hal tersebut menjadi terang benderang, tetapi malah mengalihkan status saya selaku si penanya menjadi si pendosa. Di sini titik mulainya sambungan memasuki daerah komunikasi yang dalam kondisi kritis.

Tidak nyambung dengan lancar, tentu saja sulit dilanjutkan. Bisa memicu permusuhan.

AGAMA.

Digambarkan selalu sebagai sesuatu yang ajaranya pasti dan tidak boleh dibantah bahwa agama selalu benar. Mengingat bahwa agama di Indonesia pada saat ini yang diakui ada lima buah, yakni Islam, Kristen, Hindu, Kong Hucu serta Buddha, maka mungkin sekali perlu ditinjau lagi apa sudah benar seperti itu. Menurut definisi yang saya baca di search engines yang ada, Buddhism adalah ajaran Buddha, bukan agama. Kasarnya malah ada yang menyebutkan bahwa di dalam Buddhism tidak ada unsur yang biasa disebut dengan istilah Tuhan. Saya tidak tau persis, tetapi saya baca juga bahwa seorang Buddhist tidak dilarang apabila memeluk kepercayaan dan agama lain. Kalau benar apa kata search engine ini, maka pemerintah akan sibuk dan repot meresponsnya di masa yang akan datang. Perlu dikaji apa yang saya kemukakan di bawah ini.

Saya pernah mengikuti sebuah ceramah oleh seorang yang mendalami agama di Jepang. Menurut dia, seorang Professor bidang agama berkebangsaan Jepang, ada lebih dari belasan ribu agama di negara Kekaisaran Jepang. Saya juga melihat sendiri di Jepang, selama beberapa tahun tinggal di sana, bahwa agama mereka itu bermacam-macam bentuk dan ritualnya. Di dalam konstitusi, undang-undang dasar negara Kekaisaran Jepang, agama tidak diijinkan untuk dipraktekkan di tempat umum seperti tempat kerja, tempat belajar seperti sekolah dan di luar rumah tinggal. Ada kisah serombongan pekerja asal Indonesia memulai masa kerjanya di sebuah pabrik. Tentu saja yang pertama-tama mereka ingin mendapatkan adalah tersedianya fasilitas bersembahyang, semacam ruang kecil untuk mushola. Apa jawab pengelola pabrik?

Saya bisa saja memberi fasilitas berupa tempat seperti itu, tetapi saya tidak dibolehkan untuk memberi dan menyediakannya di dalam lingkungan kerja kita. Itu akan melanggar undang-undang.

Itulah dunia di luar dunia yang kita kenal selama ini, terlepas dari kita suka atau tidak.

MANUSIA.

Saya ingin menggambarkan bahwa manusia itu sejak dalam bentuk sel telur, janin sebelum lahir memang sudah berbeda-beda, tidak ada yang sama. Bahkan yang terlahir kembar dua atau lebih sekalipun tidak ada yang sama. Yang bisa sama persis itu mungkin hanya robot-robot saja di masa yang akan datang. Yang paling mendekati keseragaman itu hanya satuan militer. Manusia tidak saja berlainan fisik akan tetapi juga amat pasti berlainan pikirannnya. Seratus persen lain. Tidak sama. Yang ingin saya simpulkan adalah: Janganlah sekali-kali kita ini berkeinginan agar mampu menyamakan manusia, apalagi menyeragamkan manusia, yang manapun kelompoknya. Sebesar apapun sebuah kelompok manusia pasti pada saatnya akan hancur berantakan. Mari kita perhatikan sejarah manusia. Dari kerajaan, kesatuan karena ras, karena ideologi dan apapun, kalau sudah membesar dan membesar pasti akan hancur mengecil dan mengecil serta akhirnya hilang dari peredaran. Kebesaran Roma, Majapahit, Khu Bilai Khan, Nazi Jerman, Tentara Amerika di Viet Nam, Uni Sovyet. Silakan mengamati apapun yang sekarang sedang membesar, pasti pada waktunya akan datang masa pengecilannya secara alami. Anda tau kan selebriti politik atau selebiti dunia hiburan. Mereka timbul dan bergantian berguguran, secara alamiah. Yang memiliki suara menyanyi, yang lantunannya pernah merajai dunia seperti Bill Halley, Elvis Presley, Sam Saimun dan Bing Slamet, atau pelawak The Three Stooges, pemimpin seperti Mussolini serta Moshe Dayan, Soekarno,Kennedy, semuanya, datang waktunya untuk lenyap dan senyaplah suaranya. Apakah anda bisa melihat Berlusconi dari Italia saat ini sedang gonjang-ganjing akan menurun seperti dialami oleh Fujimori di Peru? Pengamatan sejarah kita sungguh akan menajamkan “pengelihatan” kita. Sejarah itu tempat kita untuk melakukan pendalaman pengalaman, menjadi sesuatu yang nyata untuk masa sekarang. Tidak terlalu perlu untuk terikat dengan masa lalu, akan tetapi menyadari bahwa sejarah itu sudah amat dipercayai sebagai sesuatu yang berulang dari waktu ke waktu, seperti digambarkan dalam sebuah pertanyaan yang terkenal dengan ungkapan: “Will History Repeat Itself ??” Dalam menempuh hidup, mengisi kehidupannya, tiap-tiap individu atau makhluk di dunia mempunyai ciri khas sendiri. Jangan disamakan, karena tidak usah disamakan, tidak usah juga diseragamkan. Ini pekerjaan yang amat mustahil. Berpakaian seragam bisa saja, tetapi tidak 24 jam. Di dalam dunia militer saja, seragamnya perlu dilepas kalau sudah tidak berdinas. Anak sekolah juga, setelah pulang kerumah dari sekolah, akan melepaskan seluruh pakaian seragamnya. Sampai di situ saja mereka berseragam, dan itu hanya pakaiannya saja.

Berdasarkan pemikiran tiga hal di atas, saya harap kedamaian di dunia akan meningkat. Itu hanya harapan saya. Boleh saja menjadi salah, dan boleh saja menjadi benar di kemudian hari. Saya TIDAK AKAN membela apa yang saya percayai ini sampai titik darah yang penghabisan. Santai santai saja.

Saya sudah lama juga tidak mengajak orang lain menuruti jalan pikiran saya, yang tentu saja saya pandang benar. Tetapi sejak seseorang dari ras India di Toronto, Kanada pernah mengatakan kepada saya: “What you think is right today, could be wrong tomorrow” saya memberi ruang gerak yang lebih kepada pemikiran ini di dalam kalbu saya.

Anwari Doel Arnowo – 8 Desember, 2009.

Tuesday, October 27, 2009

UNTUK MANULA

Tulisan yang ada di bawah ini saya dapatkan dari email seorang teman yang saya tidak berhasil mendapatkan sumber aslinya. Saya kutip karena isinya bagus untuk diketaui oleh mereka yang masih muda sekalipun.

Ten Commandments for Those Over Fifty Years Old.

1. Focus on enjoying people, not on indulging in or accumulating material things.
2. Plan to spend whatever you have saved. You deserve to enjoy it and the few healthy years you have left... Travel if you can afford it. Don't leave anything for your children or loved ones to quarrel about. By leaving anything, you may even cause more trouble when you are gone.
3. Live in the here and now, not in the yesterdays and tomorrows. It is only today that you can handle. Yesterday is gone, tomorrow may not even happen.
4. Enjoy your grandchildren (if blessed with any) but don't be their full time baby sitter. You have no moral obligation to take care of them. Don't have any guilt about refusing to baby sit anyone's kids, including your own grandkids. Your parental obligation is to your children. After you have raised them into responsible adults, your duties of child-rearing babysitting are finished. Let your children raise their own off-springs.
5. Accept physical weakness, sickness and other physical pains. It is a part of the aging process. Enjoy whatever your health can allow.
6. Enjoy what you are and what you have right now. Stop working hard for what you do not have. If you don't have them, it's probably too late.
7. Enjoy your life with your spouse, children, grandchildren and friends. People, who truly love you, love you for yourself, not for what you have. Anyone who loves you for what you have will just give you misery.
8. Forgive and accept forgiveness. Forgive yourself and others. Enjoy peace of mind and peace of soul.
9. Befriend death. It's a natural part of the life cycle. Don't be afraid of it. Death is the beginning of a new and better life. So, prepare yourself not for death but for a new life with the Almighty. 10. Be at peace with your Creator. For ..... He is all you have after you leave this life.

Monday, October 26, 2009

Kehormatan dan gengsi itu ada di awang-awang, kan?

Anwari Doel Arnowo - Selasa, 27 Oktober 2009

Dari Mana?

‘Bapak dari mana?’ tanya petugas di tempat pengisian buku tamu. Saya hanya menulis nama dan tanda tangan saja.

Saya jawab tenang-tenang saja: ‘Dari Kebayoran’. Sesungguhnya saya sudah hampir tergelitik untuk tertawa karena saya tau persis dia itu ingin tau siapa saya ini lengkap jabatan dan titel malah kebangsawanan kalau saja punya, tetapi bukan nama saya. Seperti biasa orang akan dihadapi sebagai ‘siapa’ dia apa ‘apa’ dia. Who is and What is he? Saya bersikap I am what I am. Mungkin karena dia melihat penampilan saya yang sedang berpakaian lengkap jas, kemeja, dasi, celana panjang dan sepatu tertutup, yang semua serasi, dia mulai terlihat gelisah duduknya dan berdiri sambil membongkok serta mencoba membaca nama saya dari posisi huruf yang terbalik dari seberang meja. Gotcha’ – kenak deh lu.

Saya masih ingin menggoda dia terus, saya bilang: ‘Ya ??!’

‘Maksud sssa saayyya Bapak dari instansi mana ?’

‘Saya tidak dari instansi manapun, dari perusahaan manapun!’

‘Pak, maksud saya …..’ Saya tukas bicaranya dengan :

‘Apa kalau diri pribadi sendiri ada larangan, tidak boleh masuk?’

Dia tidak menyangka bahwa saya akan berkata seperti itu dan rupanya tidak ada petunjuk bagaimana harus bereaksi kalau ada pengunjung yang berkata seperti saya.

‘Yaa, tii tidakkk sih, Bapak … ‘

‘Baiklah, kalau begitu, saya masuk saja, terima kasih, ya?’. Tanpa menunggu kata apapun, saya segera melenggang berlalu, terus masuk ke dalam ruangan. Saya bisa membayangkan mukanya yang melongo, dan saya tidak perduli apapun lagi. Rasain, deh.

Berikut ini lain lagi.

Ada yang sudah biasa memanggil orang lain, meskipun tau bahwa namanya adalah Sahibul dengan panggilan pak Kyai, Pak Ustadz, Pak RW, Pak Lurah dan Pak Komandan. Normal nggak?

Menurut saya ini kurang normal, karena nggak enak bagi saya.

Waktu saya terpaksa menjadi Ketua RW, banyak orang memanggil istri saya dengan Ibu RW, dan saya jawab bahwa “jabatan” Ibu RW itu tidak ada, yang benar adalah Nyonya Anwari. Jawaban saya juga sering: “Nama saya bukan RW, panggil saja saya Anwari. Kalau tidak, bisa disangka Erwe itu adalah masakan daging anjing di Manado

Memanggil Bapak dan Ibu saja menurut saya adalah janggal untuk beberapa saat dan tempat. Saya memanggil seorang Tukang Sayur, Tukang Sapu Jalan, Tukang Bangunan bahkan Tukang Becak dengan kamu, sekarang ini, merasa kurang pantas, maka saya panggillah dia menggunakan “atribut” Bapak atau Ibu atau Mas dan Bung. Perasaan saya: takut dikira menghina. Begitulah saya memanggil mereka ini dengan Bapak dan Ibu meskipun saya tau saya lebih tua umurnya.

Sudah mewabah sekali kalau kita sekarang ini memanggil orang lain karena cara kita memandangnya sesuai pekerjaannya atau jabatannya, malah berikut titel kesarjanaannya atau masyaallah kalau disertai titel kebangsawanannya. Waktu sebelum kita merdeka dan beberapa tahun sesudahnya, bukankah sudah biasa kita dengar orang memanggil dengan istilah nDoro Dokter, bahkan mungkin ada juga nDoro atau Den serta Tuan Insinyir (seharusnya Insinyur). Ada juga Ndoro Siten (asisstent) dari Residen sampai mandor perkebunan.

Jangan lupa banyak dari mereka yang dipanggil dengan gelar seperti itu sebenarnya menyukainya juga. Padahal kalau memang menyukai, ada lho tempat-tempat yang seperti itu kalau benar-benar suka dan menghendakinya. Pergilah ke tempat-tempat mewah yang menjual barang mewah, yaitu: Apartemen Mewah, Toko Arloji Mewah dan Tempat Jual Mobil Mewah, Mercedes, Bentley bahkan Rolls Royce serta tempat-tempat yang disebut Customer Service di Hotel-Hotel Mewah. Mau disapa oleh mereka yang berkulit putih? Pergilah ke London atau New York dan San Francisco. Dijamin anda akan dinobatkan menjadi Sir atau Madamme.

Manakala anda pergi ke Tokyo, atau Seoul anda akan disambut dengan kata-kata seperti dikehendaki bahasa Jepang yang isinya berupa sanjungan yang tinggi, meskipun anda tidak mengerti bahasanya.

Kata-kata bahasa Jepang yang berupa sanjungan seperti istilah Okyakusama (お客様 - おきゃくさま ) dan Irrasyaimase (いらっしゃいませ) yang berlebihan halus cara ucap penerima tamunya dan dalam bahasa Korea: Selamat Datang 환영합니다 (hoan-young-ham-ni-da) atau 어서오십시오 (eo-seo-o-sib-si-o) malah disertai badan yang membongkok dan kepala yang menunduk.

Gejala apa itu?

Itu karena seseorang sedang dikuasai oleh ego atau malah alter egonya sendiri yang ingin mencuat keluar dari tubuhnya, tidak mau disembunyikan. Saya juga mengalami liarnya ego saya yang menonjol-nonjol seperti itu, mau nongol melebihi diri saya melebihi tinggi badan saya. Yang seperti ini kalau saya sadar, segera saya lawan dan saya tekan dengan sekuat mental saya. Biasanya setelah saya menjadi seorang senior, hal seperti itu bisa saya kuasai, tingkatnya hampir sempurna. Ego yang seperti ini adalah manusiawi, normal dan bukan sesuatu yang jelek yang terjadi pada setiap saat. Mungkin harus dijuluki dengan Ego baik dan Ego Kurang Baik. Lawan saja yang kurang baik dan manage saja yang baik, sehingga under control.

Kehormatan dan gengsi itu ada di awang-awang, kan?

Anwari Doel Arnowo - Selasa, 27 Oktober 2009

Thursday, September 24, 2009

Ditulis tahun 2005. Diconfirm Moammar Khadafy kemarin 24/09/09

UNO - PBB

Created by Anwari Doel Arnowo Sabtu, 12/11/2005 18:24:37

Dahulu sekali, pernah menjadi bahan tertawaan orang yang sedang belajar bahasa Inggris apabila seseorang bertanya: “You know?” Jawabnya: “Kalau UNO kan PBB !” Ini karena bunyinya you know akan tetapi pikirannya UNO, United Nations Organization - Perserikatan Bangsa Bangsa yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat. Saya ingat bahwa Presiden Indonesia pernah tidak disukai oleh negara-negara Barat karena gerakannya dalam mengupayakan kemerdekaan negara-negara yang tadinya terjajah oleh bangsa dan negara lain. Seperti terbukti dalam sejarah bangsa-bangsa terjajah biasanya dijajah oleh salah satu negara Barat, baik Amerika, Inggris dan Eropa lainnya. Dia, Bung Karno terasa menjadi duri dalam daging bagi orang-orang dari bangsa Barat. Oleh karena pola pikir orang Barat ini hanya ada dua macam Blok bangsa, yakni yang termasuk Blok anti Komunis dan termasuk Blok pro Komunis, maka amat susah bagi yang tidak mau mengikuti Blok manapun. Bung Karno dengan sobat-sobatnya di Cina, India, Afrika dan Uni Sovyet akhirnya amat dibenci oleh Inggris dan Amerika. Ada Konferensi mengenai niatan membentuk persatuan negara-negara Non Blok dan Bung Karno ditunjuk sebagai utusan yang menerangkan kepada pihak Amerika Serikat. Beliau dari arena Konferensi langsung terbang ke Gedung Putih dan menemui Presiden Amerika Serikat. Dalam kapasitasnya mewakili Konferensi yang merepresentasikan lebih dari separuh penduduk dunia waktu itu, Bung Karno tidak disilakan masuk bertemu dengan Prediden Amerika Serikat.

Dengan sikap kurang ajar sekali Presiden Amerika Serikat waktu itu Dwight D. Eisenhower membuat Bung Karno menunggu sampai lebih dari satu jam lamanya di Gedung Putih sebelum bertemu dengan Ike (julukan si Dwight) ini.

Begitulah asal muasal penghinaan-penghinaan yang dilakukan oleh negara-negara Barat kepada Bung Karno, sehingga Bung karno dan kawan-2nya bersikeras membentuk organisasi baru dengan sebutan N E F O (New Emerging Forces Organization). Dalam pidatonya dimana-mana termasuk didepan Dewan Perserikatan Bangsa Bangsa, Bung karno mempromosikan NEFO nya dan dalam salah satu pidatonya yang emosional, Presiden kita yang gagah, berani dan pantang mundur ini, malah menganjurkan agar Markas Perserikatan Bangsa Bangsa ini dipindahkan saja keluar dari bumi Amerika Serikat. Dunia gempar dan negara-negara pun Asia dan Afrika mendukung penuh.

Perserikatan Bangsa Bangsa didirikan pada tahun 1945 setelah selesainya pembuatan Charter United Nations Conference on International Organization di San Francisco. Conferensi yang dihadiri oleh 50 negara akhirnya meratifikasi Charter dan ditandatangani oleh China, Perancis, United Kingdom, Sovyet Union, Amerika Serikat dan sebagian besar Negara-Negara peserta yang hadir dan secara resmi menyatakan PBB berdiri pda tanggal 24 Oktober 1945. Didalam Perserikatan ini dibentuk enam organ utama, yakni:

1. General Assembly

2. Security Council

3. Economic and Social Council

4. Trusteeship Council

5. International Court of Justice

6. Secretariat

Dibawahnya masih ada sejumlah lima belas agencies lagi yang menjalankan program-program dan badan-badan lain.

Sebagai contoh, anggaran PBB pada tahun 2000 – 2001 adalah sekitar 2 milyard 535 juta Dollar Amerika. Dari mana dana ini diperoleh?

Dana diperoleh dari kontribusi Negara-Negara Anggota yang penaksiran atas skala prioritasnya harus disetujui oleh General Assembly.

Oleh karena keadaan ekonomi masing-masing Negara tidak selalu stabil maka, kontribusi ini mungkin pada suatu saat tidak dapat diperoleh sepenuhnya seperti yang disetujui oleh General Assembly. Ada utang dan ada piutang antara Negara Anggota dan PBB. Utang dan piutang ini terjadi juga karena setuju atau tidak setujunya terhadap tindakan-tindakan PBB untuk suatu peristiwa yang harus diambil tindakan. Banyak negara mulai mengemplang (tidak membayar kewajibannya) karena mengaitkan dengan tindakan PBB yang tidak disetujuinya. Seperti soal Sinai dan soal Congo dan lain-lain. Kejadian seperti ini sering terjadi dan menyebabkan PBB kekurangan dana yang cukup signifikan. Selama dasawarsa terakhir ini PBB jalannya terseok-seok karena kekurangan dana. Hal ini dilaporkan oleh Under Secretary-General PBB bernama Catherine Bertini yang dengan sangat terpaksa mengatakan bahwa stabilitas finansial dari PBB sedang berada dibawah tekanan yang hebat. Bagaimanakah PBB dapat mengatasi hal ini?? Arrears (tunggakan)nya pada tanggal 30 September 2004, berada pada sekitar 3.14 Milyard Dollar Amerika!! Tahukah anda bahwa yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa adanya sebuah negara pengutang yang terbesar. Ternyata Negara Adikuasa bernama Amerika Serikatlah yang terbukti menduduki peringkat sebagai pengutang terbesar, yang angka tunggakannya yang pada hari itu adalah sebesar 1.16 Milyard Dollar Amerika. Padahal dua tahun sebelumnya secara sungguh-sungguh semua negara anggota berharap agar PBB berbuat sesuatu yang signifikan mengenai persoalan Amerika dengan Irak, yang dituduh dengan segala macam sebutan yang jelek. Ternyata PBB sikapnya banci dan terjadilah penyerbuan ke negara Irak, yang merupakan sebuah bentuk penjajahan bentuk baru.

Sebuah penjajajahan bentuk baru yang dilakukan oleh sekutu-sekutu Amerika Serikat, yang selalu menyebut diri mereka sebagai pahlawan Demokrasi atau democrazy yakni: Inggris, Australia dan Jepang dan lain-lain. Mereka menyerbu dan memusnahkan rezim Saddam Husein yang sekarang sedang diadili dengan tidak adil. Seluruh dunia ikut-ikutan banci.

Meneliti data-data diatas, saya ingin mengulangi anjuran Bung Karno, agar Markas Besar PBB segera dipikirkan dan ditindak-lanjuti untuk secepatnya agar dipindahkan dari bumi Amerika Serikat.

Sekarang ini amat susah sekali memisahkan mana yang PBB dan mana yang Amerika Serikat. Amerika Serikat sudah seperti economic animal, sehingga tanpa rasa segan sedikitpun mengarang cerita weapon of mass destruction dan axis of evil segala macam, PBB malah diam saja. Saya mengerti setelah 60 tahun bercokol di Amerika Serikat, tidak mudah memenuhi usul Bung Karno dan dorongan saya tersebut. Kalau mengenai fasilitas tempat cukup banyak yang dapat memenuhi syarat. Mengenai masalah fasilitas tempat dan Sumber Daya Manusia di Eropa, Paris atau Geneva memilikinya. Di Asia bisa Shanghai atau Singapura. Bahkan kalau memang perlu membangun kembali fasilitas-fasilitas yang diperlukan, Indonesia mungkin mau menyumbangkan salah satu pulaunya. Silakan pilih saja. Salah seorang teman saya berkebangsaan Australia yang baru berkunjung ke Shanghai, menggambarkan kepada saya bahwa Shanghai setara dengan duapuluh Singapura. Amerika Serikat beruntung atas keberadaan Markas Besar PBB di New York, secara gengsi maupun finansial, tetapi tega mengemplang utang sebesar satu koma enambelas milyard Dollar Amerika, yang dimulai sejak Pemerintahan Ronald Reagan

Created by Anwari Doel Arnowo

---ooo000ooo---



PBB dan AS Dikecam

Jumat, 25 September 2009 | 03.17 WIB

New York, Kamis - Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York berlangsung dramatis dan heboh, seolah bukan lagi forum untuk saling mendengarkan. Pemimpin Libya, Moammar Khadafy, yang sedang berpidato ditinggal pergi delegasi Israel. Utusan Amerika Serikat, Kanada, dan sebagian delegasi negara lain pun keluar ketika Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad berpidato.

Ketika PBB dan banyak negara gencar menyerukan persatuan global, Khadafy dan Ahmadinejad mengecam keras PBB dan AS. Dunia dinilai semakin tidak adil karena hanya dikendalikan lima kekuatan, yakni lima anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB—AS, Rusia, China, Inggris, dan Perancis—yang oleh Khadafy disebut sebagai ”dewan teror”. Ia mengusulkan agar sekretariat DK PBB dipindahkan ke Libya.

Khadafy dalam pidato pertamanya di PBB, setelah 40 tahun sebagai pemimpin otokrat Libya, mengecam badan dunia itu karena gagal mencegah 65 perang yang terjadi sejak PBB berdiri tahun 1945. Ia menyerukan reformasi DK dan menghapus hak veto lima anggota tetapnya.

Ia pun mengusulkan keanggotaan DK diperluas atau ditambah agar lebih representatif untuk menampung suara dari Afrika, Amerika Latin, Arab, dan negara-negara Islam lain. Lembaga ini tidak boleh disebut DK, tetapi dari sepak terjangnya selama ini pantasnya disebut ”dewan teror” saja. Sebab, dengan menggunakan hak veto, kelima negara anggota DK itu menganggap negara-negara lain sebagai negara yang hina dan negara kecil yang tidak perlu dipedulikan lagi hak-haknya.

Merobek salinan piagam

”Hak veto menyalahi Piagam PBB, kita tidak boleh menerimanya atau mengumumkannya,” kata Khadafy melalui penerjemah. Ia merobek salinan Piagam PBB yang sengaja dipersiapkannya. Pada saat itu pula, untuk membalas tindakan Khadafy, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown berteriak dengan keras, ”Saya berdiri di sini untuk menegaskan lagi, Piagam PBB tidak untuk disobek.”

Pemimpin Libya itu lalu mengecam aksi militer AS di Irak dan Vietnam karena melakukan pembantaian massal dan meminta pelakunya diadili. Ia curiga, flu A-H1N1 sengaja dibuat di laboratorium sebagai senjata rahasia. Ia juga meminta PBB segera mengusut tuntas pembunuhan keji terhadap almarhum Presiden AS John F Kennedy tahun 1963, pejuang hak-hak sipil AS Martin Luther King tahun 1968, dan Sekretaris Jenderal PBB Dag Hammarskjold tahun 1961.

Selain itu, Khadafy juga mengusulkan pemecahan masalah Israel-Palestina dengan membentuk negara bernama Isratina, yakni gabungan antara Israel dan Palestina menjadi satu negara berdaulat. Pada saat itulah semua delegasi Israel berjalan keluar dari ruangan sidang. Setelah mengecam dan menyampaikan sejumlah usulan itu, ia memuji dan berharap Presiden Barack Obama menjadi presiden AS seumur hidup.

Pemimpin Libya itu berbicara setelah Presiden Obama, yang memang diberikan kesempatan pertama untuk menyampaikan sambutan. Obama menyerukan ”era baru” dalam hubungan antarnegara.

Obama mengatakan, sejak menjadi presiden AS pada Januari lalu, ia selalu bekerja sama dengan negara lain dan tidak lagi bekerja sendiri. Misalnya, AS melarang penyiksaan, memberikan bantuan ke Afganistan dan Pakistan, menghentikan perang Irak, bekerja sama dengan Rusia mengurangi senjata nuklir, serta bertekad mengurangi emisi gas buang yang ternyata merusak lingkungan.

Menurut Obama, saatnya kini semua negara dan bangsa di dunia berperan bersama dalam menghadapi persoalan-persoalan global. Ia mengatakan, tantangan global sangat besar dan semua negara harus bekerja sama mengatasi berbagai masalah itu. Semua harus bergerak menuju dunia tanpa senjata nuklir, mengatasi ancaman perubahan iklim, dan menangkal krisis global yang lebih luas, yang dapat menyebabkan 100 juta orang di dunia jatuh miskin dalam tahun 2009.

”Raja para raja”

Pada saat Presiden Obama berpidato, semua tempat duduk di ruangan Sidang Majelis Umum PBB dipadati peserta. Namun, ketika giliran Khadafy berpidato, yang diperkenalkan sebagai ”raja para raja” (king of kings) oleh Ketua Sidang Majelis Umum PBB Ali Treki—yang juga berasal dari Libya—ruangan sidang cukup lengang, antara lain, karena aksi boikot oleh delegasi Israel.

Kecaman terhadap PBB dan kebijakan AS juga disampaikan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Ia dengan tegas menuding ”kapitalisme rakus” AS bersama sekutunya di Eropa dan Israel telah merampas tanah milik bangsa Palestina. Meski demikian, ia juga mengulurkan tangan persahabatan kepada negara mana saja yang dengan jujur mengakui eksistensi negara di belahan lain jagat ini.

Ia menyerukan perlucutan senjata nuklir global dengan mengatakan, senjata nuklir adalah sumber ancaman dan ketidakstabilan di dunia. Jika negara-negara Barat menuduh Iran secara diam-diam telah membangun senjata nuklir, tudingan itu tidak benar.

Ahmadinejad mendesak Presiden Obama memandang Iran sebagai sahabat potensial, bukan ancaman. Ketika ia mengumumkan komitmen baru negerinya untuk menciptakan apa yang disebutnya ”sebuah perdamaian sejati dan keamanan bersama untuk semua bangsa”, pidatonya itu menyinggung sikap anti-Israel dan antibahasa Semit. Hal itu mendorong delegasi Israel, AS, dan sebagian besar delegasi dari beberapa negara keluar ruangan.

Kecaman terhadap AS pernah dilontarkan Presiden Venezuela Hugo Chavez. Jika pada waktu lampau dia memberi cap kepada presiden AS terdahulu, George W Bush, sebagai ”iblis” (the devil), kemarin dia memberikan sejumlah sentimen positif terhadap Presiden Obama. Namun, ia juga menyindir, Gedung Putih dan kebijakan luar negeri AS tampaknya tidak begitu tegas menyampaikan kata-kata bijak Obama.

”Kadang-katang kita mendapatkan sensasi seolah-olah ada dua Obama. Seorang di antaranya pandai menebar pidato dengan kata-kata yang indah. Namun, seorang lain lagi membuat keputusan-keputusan yang sangat kontras dengan apa yang dia sampaikan dalam setiap pidato itu,” ungkap Chavez menyindir.

Ia menambahkan, saat Obama berbicara tentang perdamaian, semua harus bertepuk tangan. Namun, lanjutnya, jika Obama mengedepankan perdamaian, lalu kenapa AS membangun tujuh pangkalan militer di Kolombia. ”Saya katakan kepada Obama, mari kita menjalin dialog sejati. Saya katakan, ’Obama, mari kita berdialog. Mari kita bekerja sama secara jujur untuk mempromosikan perdamaian’! Namun, saya berharap kepada Tuhan... bahwa Obama bisa menjadi penghasut untuk sebuah proses perubahan internal.”

Sidang PBB dibuka Sekjen PBB Ban Ki-moon yang dihadiri para pemimpin dunia dan diplomat dari 192 negara anggota PBB. Lebih dari 100 kepala negara dan pemerintahan hadir dalam pertemuan tingkat menteri yang ke-64 ini. Dia mengajak anggota PBB agar bersama-sama mengatasi krisis pangan dan keuangan global, krisis energi, serta wabah flu A-H1N1. Hampir semua pemimpin negara menyerukan perdamaian di seluruh jagat. (AP/AFP/REUTERS/BBC News/VOA News/CAL)

Wednesday, September 23, 2009


Mario Teguh
Saya baru menyaksikan siaran di TV One mengani Mario Teguh. Ini bukan pertama kali saya melihat acaranya. Saya selalu mendengarkan kata-kata yang terhambur di dalam setiap programnya yang saya saksikan itu, akan tetapi itu biasanya di Metro TV. Kali ini saya saksikan pembicaraannya yang Islami selam satu jam, di antaranya dia wawancarai Ny. Rokhmin Dahuri, mantan menteri yang sedsang menjalani hukuman penjara. Ibu ini amat tegar dan masih percaya sepenuhnya bahwa dia, sang suami, tidak bersalah dan pengadilan itu dia ikuti setiap phasenya.
Sebelum ibu yang satu ini ini, ada juga wawancara dengan seorang Wanita yang modern yang baru memutuskan masuk agama Islam. Wanita ini karena ditantang, dia mengajukan pertanyaan: apakah seorang wanita Muslim itu boleh tidak menikah? Jawaban Mario amat komprehensip untuk saya tulis saat ini, pasti akan saya lengkapi pada kesempatan berikut.
Dengan tidak saya sangka program di aras yang telah berlangsung selama satu jam, malah dilanjutkan dan saya tidak mengikuti dari awal, tetapi kali ini saya tidak sempat memulai dari awal. Inti sarinya:
1. Nama aslinya Sismariono Teguh
2. Sekolah di SMP 3 Malang
3. Nama ayah Gozali Teguh seorang anggota Militer

dst. ... dst. ... akan saya lanjutkan a.l. bagaimana kalau juru bicara atau staff terdekat selaku staff khusus Public Relations Officer Presiden RI orang seperti mario Teguh??

Friday, September 11, 2009

Institusi Presiden


Jangan Menghujat Pimpinan Bangsa.

Oleh masadeni - 11 September 2009 - Dibaca 104 Kali -

Membaca artikel kompasianer dan commentnya merupakan hiburan tersendiri bagi saya, tetapi belakangan ini ada beberapa artikel menyangkut pimpinan bangsa saya nilai sudah menyimpang dari kepatutan. Bukan saya membela pimpinan bangsa ini, tetapi alangkah baiknya bila pandangan para kompasianer disampaikan dengan lebih pantas.

Pandangan politik tidak harus selalu sejalan, beruntung kita hidup dinegara demokrasi, namun kebebasan tersebut bukan berarti kita boleh seenaknya menghujat orang lain termasuk pimpinan bangsa ini. Blog ini tentunya tidak dimaksudkan sebagai alat kampanya pro dan kontra pimpinan bangsa.

Mungkin akan lebih baik kita semua dapat mengontrol diri sehingga hujatan terhadap orang lain terutama terhadap pimpinan bangsa kita dapat dihindari. Penyampaian secara lebih pantas terhadap situasi negara tentunya akan lebih baik dengan menjunjung tinggi etika ketimuran yang terkenal ramah tersebut. Judul-judul tulisan tentang SBY misalnya, mungkin dimaksudkan agar menarik orang orang untuk membacanyam, tetapi menjadi sangat vulgar dilihat dari etika dan kepantasan.

Saya mengajak teman-teman blogger kompasiana, marilah kita perbaiki yang melenceng agar dapat dijadikan contoh untuk pemerintah kita agar memperbaiki kondisi negeri ini kedepan. Mulai saat ini, marilah kita saling mengingatkan agar blog ini menjadi blog yang terbaik.

Share on Facebook http://public.kompasiana.com/wp-content/themes/default/images/twiiter.jpeg Share on Twitter

3 tanggapan untuk “Jangan Menghujat Pimpinan Bangsa.”

1. http://www.gravatar.com/avatar/d97019d0a83ba862c44e088e4a942831?s=32&d=http%3A%2F%2Fwww.gravatar.com%2Favatar%2Fad516503a11cd5ca435acc9bb6523536%3Fs%3D32&r=Gmanggar,

— 11 September 2009 jam 9:47 pm

benar bung, siapapun presiden kita, harus kita hargai dan hormati karena dia adalah kepala negara sekaligus lambang negara. tapi masalahnya para penulis kita ini belum berbudaya, makanya harus dibudayakan. ngakunnya intelektual,tapi tapi miskin kesantunan. sebenarnya mereka memang intelek dari sisi keilmuannya, tapi sayangnya mereka kering dengan budaya dan budi pekerti. ya jadinya seperti itu. lihat bagaimana bangsa2 lain memperlakukan kepala negaranya walaupun secara politik dan idiologi mereka berbeda. sedih memang………………….

2. http://www.gravatar.com/avatar/8367d1d254730cd5a4d13107532ddfc4?s=32&d=http%3A%2F%2Fwww.gravatar.com%2Favatar%2Fad516503a11cd5ca435acc9bb6523536%3Fs%3D32&r=Gfelix,

— 11 September 2009 jam 9:48 pm

Kompasiana sudah berhenti jadi rumah sehat… tapi sudah berubah menjadi rumah sakit.. karena isi nya cuma tulisan2 org yg sakit hati karena kalah pilpres kemarin. Dan karena itu mutu tulisan2 yg ada di dalam nya pun menurun drastis sekali… sayang memang, sebuah media yg sebetulnya bisa menjadi dan pernah menjadi ajang utk saling belajar dan mengerti, menjadi ajang lempar pelampiasan kekesalan dan kemarahan, tanpa mau tahu & perduli apa yg sebetulnya terjadi.

— 11 September 2009 jam 10:02 pm

Saya setuju dengan cara santun dan pantas. Akan tetapi seperti kebanyakan kita ini, sering sungkan kepada orang besar, terutama pejabat negara. Kita sebagai bagian dari rakyat boleh saja menyampaikan apa yang baik dan yang benar juga, tetapi sungkan itu harus dikurangi sampai minimum. Mengatakannya harus jelas, lugas dan tegas serta secara dinas, baru kemudian boleh ditambahkan dengan santun dan pantas. Ingat hanya karena tidak berani atau sungkan mengatakan apa yang seharusnya, justru membentuk sekelompok YES MEN. Kalau kelompok ini ada di sebuah desa terpencil mungkin tidak terlalu mengganggu, tetapi kalau yes men seperti ini ada di dalam kabinet atau dpr, serta BANK iNDONESIA, keadaan bisa runyam.
Institusi Presiden pun sebaiknya juga dibentuk berupa lingkar pengaman seperti bumper, sehingga Presiden akan terlindungi dari serangan macam manapun jua. Di dalam bumper itu harus banyak yang intelektual, memiliki kemampuan ilmu Publlic Relations. Mereka inilah yang akan mengantisipasi reaksi pidato presiden, adanya keresahan dari kelompok yang berpotensi mengganggu suasana damai dalam penelenggaraan Negara. Kalau lingkar ini terbentuk dan benar-benar berisi orang-orang yang digambarkan di atas, maka kesukaran dan keributan yang menyangkut pimpinan Negara akan dapat dihindari dan selamatlah citra Presiden dan pimpinan Negara yang lainnya. Semoga.
Anwari Doel Arnowo - 11 September, 2009

Tuesday, September 8, 2009


Siapkah anda? Are you ready?

Anwari Doel Arnowo

Thursday, September 22, 2007

Are you ready? Itu biasa diucapkan oleh seorang performer. Seorang pembawa acara konser musik rock, sering sekali menggunakan kata-kata ini. Demikian seorang pimpinan sebuah band musik atau seorang penyanyi terkenal. Biasa, selanjutnya akan menyusul tepukan tangan dan jingkrak-jingkrak atau goyang-goyang badan diikuti oleh para hadirin.

Yang saya ingin gunakan saat ini adalah kata-kata yang sama tetapi untuk keperluan lain.

Saya ingin menggugah para pembaca karena mungkin pembaca sedang terlena. Terlena karena kesibukan sendiri, karena memang mungkin tidak merasa perlu untuk memulai dan memikirkannya.

Are you ready – apakah anda sudah siap??

Siap apa?

Apakah anda siap menerima bahwa anda akan merasa, tiba-tiba menjadi tidak lebih pintar kalau dibandingkan dengan tingkat pintar dan tingkat pandai anak-anak, bahkan dengan anak-anak anda sendiri sekalipun?

Apa pula ini?

Begini, Bung!

Hari ini saya terperangah, merasakan dalam hati saya, bahwa saya ini adalah seorang manusia yang lebih pintar dan lebih pandai dari kakek saya sendiri. Benarkah begitu? Beliau, Kakek Arnowo meninggal dunia pada usia muda pada tahun 1922, pada waktu mencapai usia 43 tahun. Waktu itu ayah saya, Doel Arnowo, masih berusia 18 tahun. Ibunya ayah, meninggal pada usia sekitar 94 tahun dan ayah saya sendiri meninggal pada tahun 1985, mencapai usia 80 tahun.

Saya mengatakan bahwa saya lebih pintar dan lebih pandai, semata-mata hanya karena saya tidak hidup dalam waktu yang bersamaan dengan kakek saya itu.

Tahun ini tahun 2007 adalah 84 tahun setelah kakek saya meninggalkan dunia ini. Jadi yang saya sebut kelebihan kepintaran dan kelebihan kepandaian adalah kelebihan ilmu pengetahuan yang beda waktunya saja berbeda delapan dekade lebih empat tahun. Lagi pula pada waktu kakek saya tiada, saya kan terlahir baru enam belas tahun kemudian.

Kembali ke: Are you ready? Sudah ready kah saya, sudah siapkah saya untuk menerima pada saat ini atau beberapa tahun lagi, bahwa saya bisa saja tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh anak-anak saya, bahkan cucu-cucu saya??

Kalau benar terjadi seperti itu apakah sikap bijaksana yang harus saya ambil, bagaimana menyikapi kejadian seperti ni? Saya bisa saja bertanya, dan mendapat jawaban yang membuat saya masih tidak dapat mengerti. Tak memahami. Apa saya harus tidak peduli? Tak ambil hati dan melupakan saja?? Ah memang banyak pilihan, akan tetapi yang manakah sebaiknya diambil sehingga tetap dapat akrab dengan anak-anak dan cucu-cucu?? Tetap dapat disebut sebagai orang tua yang baik dan bijaksana? Untuk mengerti maka harus belajar, sedang mungkin saja otak saya, kurang sanggup secara cekatan mengikuti apa yang dibicarakan.

Orang tua dan orang yang dapat disebut sebagai senior, condong untuk dapat mempunyai mindset dan prinsip yang tetap dan kokoh. Condong juga untuk berkeras kepala bahwa yang diketahuinya dan yang dipahaminya adalah yang paling benar dan tidak dapat berubah dengan cara apapun.

Saya maupun anda mestinya bisa menyetujui bahwa hal seperti inilah yang menyebabkan adanya generation gap, sebuah kerenggangan atau pembatasan antara dua generasi. Saya ingin menunjuk conto-conto seperti dibawah ini.

Bagi saya, yang amat mengesankan dalam hidup saya adalah momentum-mometum dan proses-proses ketika terjadinya serta berlangsungnya kemerdekaan negara kita dan amat kentara sekali ditengarai dengan adanya pengoemoeman mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Kemudian perang menghadapi agresi belanda antara tahun 1945 sampai dengan 1949. Setelah penyerahan Kedaulatan oleh belanda pada tanggal 27 Desember 1949, saya mengingat, bahwa itu adalah momentum yang maha penting, tidak boleh sekali-sekali dilupakan selama seumur hidup saya.

Tetapi apa lacur?

Hal yang amat penting seperti itu oleh anak sayapun saat ini sudah seperti sesuatu hal yang tidak pernah terjadi, hal yang tidak pernah ada. Apa lagi bagi cucu-cucu saya!! Tidak ada seorangpun yang tahu. Kalaupun saya beritahu, maka paling tinggi, dia akan mengangguk-anggukkan kepala dan akan mengiyakan apapun kata saya, kira-kira dengan mindset yang berbunyi: Whatever you say, Grandpa - atau Iya Deh, Kek!

Jangan-jangan bisa saja kata-katanya: reseh amat sih!

Salah seorang anak saya waktu belajar di Sekolah Menengah Pertama, mengatakan dengan tergesa-gesa sesampainya di rumah: “Kakek ku itu seorang Pahlawan, ya Bu?”

“Mengapa kamu bertanya seperti itu?” tanya istri saya.

“Waktu pelajaran Sejarah di kelas tadi, guruku mengatakan bahwa nama kakek itu disebut sebagai salah satu pahlawan” Kali ini saya merasa bahwa salah satu sebab adanya generation gap itu adalah saya juga, karena tidak sempat menceritakan kepada anak saya mengenai kakeknya dan dia mengetahuinya dari orang lain. Masih beruntung dia dengar yang benar dan dari salah seorang gurunya pula.

Kalau saja si anak mendengar yang berlawanan dengan yang diajarkan oleh bapaknya, maka akan memerlukan waktu bagi si anak untuk menyesuaikan diri dalam menyikapi perbedaan pendapat antara pendapat orang tuanya dengan pendapat orang lain tadi.

Untuk yang seperti ini patutlah kita bersiap diri lagi dengan menjawab pertanyaan: Are you ready?

Yang saya sitir tadi adalah dalam lingkungan keluarga sendiri. Bagaimana dengan saudara atau famili diluar keluarga sendiri?

Bagaimana dalam masalah yang menyangkut kehidupan sehari-harinya, dalam menanggapi masalah kenegaraan dan pemerintahan serta politik? Juga ideologi dan agama?

Saya merasakan bahwa hal-hal seperti disebutkan itu telah tidak sama dengan keadaan pada waktu lima puluh tahun yang lalu. Tahukah anda pada saat ini ada dan bahkan banyak “anak bau kencur” yang telah berani berkata kepada kita antara lain bahwa “Agama Islam itu ada lebih dari 60 aliran dan yang terbaik hanyalah ada satu. Kalau datang ke (menyebut suatu tempat) nanti akan bisa melihat bahwa sekarang sedang diusahakan, agar semua pihak dapat masuk kedalam satu aliran yang benar itu tadi.” Itu kan kata dia, diusahakan untuk diseragamkan? Apakah selama ini ada yang berhasil menyeragamkan sesuatu? Sejak jaman sebelum adanya agama di dunia ini, belum pernah ada yang berhasil menyeragamkan sesuatu di seluruh dunia. Jangankan di seluruh dunia, didalam lingkungan sendiri saja tidak ada satupun yang berhasil. Kita akan terkagum-kagum terhadap keberagaman manusia dalam pola pikir, dalam pola tindakan dalam menjalani kehidupan masing-masing.

“Anak bau kencur” tadi umurnya masih kurang dari separuh umur kita. Dia entah sadar atau tidak, telah “mengajak” seorang senior, seorang yang umurnya sudah lebih dari dua kali umurnya sendiri, untuk mengikuti aliran yang amat dipercayanya dan dianutnya.

Kami, maafkan saya, telah makan asam garam dunia ini di‘ajar’i oleh seorang yang bau kencur? Ah, mungkin saja sikap kita waktu itu, adalah seperti sikap cucu saya sendiri kalau saja, misalnya saya beri cerita mengenai penyerahan kedaulatan oleh belanda kepada Republik Indonesia Serikat.

Mengangguk-angguk dan mengiyakan dan biarpun tidak dikatakan secara verbal dengan jelas serta lantang, di dalam hatinya mungkin sekali mengatakan: “whatever you say-atau- IYA DEH!!” Cepat ya dunia terbalik atau berbalik? Sebagai basa basi saya dengar istri saya menyahut: ”Waduh, enam puluh? Banyak benar, ya? Saya harap saja apapun yang terjadi, kita ini semua masih bisa bersatu dan tidak menjadi lawan satu sama lain!” Mendengar jawaban seperti itu si pemuda itu terdiam dan kehabisan kata-kata. Yang jelas dia ini kelihatannya tidak mempunyai “ilmu menjual” sehingga tidak mampu lagi melanjutkan pembicaraan karena tidak siap dengan bahan “promosi”. Sinyalemen akan terjadi permusuhan memang amat tepat sekali, mengingat militansi pendapat yang dianutnya adalah demikian kakunya sehingga rela untuk meneteskan darah bahkan mengorbankan nyawa untuk melindungi dan membela pendiriannya.

Perubahan besar telah saya rasakan sejak lama, ketika melihat penderitaan batin Bung Karno dan juga ayah saya yang memang satu aliran, terhadap pengorbanan rakyat untuk kepentingan beberapa orang pejabat saja. Mereka adalah conto terdekat pada diri saya untuk mengamati situasi. Sejak saat saya menyadari gambaran kekecewaan mereka, saya sudah menyimpulkan dengan samar dan keyakinan yang belum bulat, bahwa saya tidak ingin untuk mengalami kekecewaan seperti yang mereka alami itu. Saya akan membuat diri saya mencari jalan terbaik bagi diri saya agar dapat menghindarkan diri dari derita yang dialami kedua beliau itu. Saya akan membuat ukuran dengan cara saya untuk diri saya, agar bisa menghimpun kesiapan bagi diri saya menghadapi segala hal yang bisa membuat kecewa.

Menhindari kekecewaan hati sendiri. Sekarang ini saya sudah mulai bisa membuat batasan-batasan bahwa saya harus bisa merelakan sesuatu yang telah menjadi idaman saya sejak lama.

Akan tetapi dalam proses mencapainya kalau memang itu bukan kelas saya, bukan rejeki saya atau memang tidak memungkinkan bagi diri saya untuk mencapainya, maka saya akan menyurutkan langkah.

Surut langkah saya ini, bukan berarti saya ini menyerah kalah. Tetapi mencari jalan lainnya yang lebih kecil risikonya dan lebih mudah proses pencapaiannya, tanpa merugikan pihak manapun.

Pepatah lama mengatakan: Ada banyak jalan ke Roma!

Sebuah ungkapan yang pernah saya punyai stickerya, berbunyi: I do not want to be a millionair, but I want to live like one – Saya tidak ingin menjadi jutawan, akan tetapi saya memang ingin hidup seperti seorang jutawan. Itu pernah saya rasakan ketika saya bekerja di sebuah perusahaan, dimana saya bisa melakukan perjalanan ke-negeri-negeri lain dengan menggunakan First Class Trips akan tetapi saya bukan millionair. Naik pesawat kelas satu dan tinggal di Hotel kamar suite serta makan di tempat-tempat yang memang patut menyandang julukan cuisine. Sempat naik pesawat Concorde juga. Semua itu dibayar oleh perusahaan dan saya tidak melakukan pelanggaran apapun dalam menikmati fasilitas yang disediakan secara sah, oleh karena memang begitu peraturannya.

Kalau saya ngotot menjadi millionair terlebih dahulu pasti saya akan terlibat perolehan uang yang dapat diberi kategori kurang bersih. Bukan semua orang bisa mencapai kedudukan sebagai seorang millionair dalam Dollar Amerika Serikat. Millionair Rupiah di Indonesia banyak sekali, mungkin barang siapa pun yang memiliki sebuah koelkast maka dia sudah berhak disebut sebagai millionair Rupiah.

Dengan mengambil sikap zona aman seperti itulah saya telah selamat dari godaan syaiton. Zona aman adalah zona yang dapat kita ciptakan sendiri. Tanpa memikirkan zona aman seperti ini maka hidup kita mungkin akan terengah-engah dan tidak terkendali dengan mantap.

Untuk dapatnya kita bisa disebut dengan ready yang sesungguhnya, itu adalah sebuah on going process – sebuah proses sambung-menyambung tanpa putus. Berhasil satu kali bukan menjamin berhasil selanjutnya. Pencapaian-pencapaiannya haruslah dilakukan pada setiap waktu pada waktu dirasakan diperlukan.

Kalau anda dikalahkan oleh cucu sendiri biasanya itu dalam ilmu pengetahuan, tetapi seorang senior biasanya juga mempunyai senjata pamungkas dalam menandingi mereka yang masih muda-muda: kebijakan.

Hal-hal yang bijak yang dipunyai seorang yang sudah senior biasanya belum banyak dimiliki oleh mereka yang masih belia. Itulah perlunya agar dilakukan penggalian dan digunakan, dengan aplikasi yang benar.

Jangalah membuat hal-hal bijak yang telah dimiliki oleh seorang senior, membiarkan menjadi muspro, membiarkan tidak terpakai atau mubazir.

Yang sebenarnya sudah ada didalam diri para senior hanya saja tidak digali secara tajam dan kurang pengamatan sehingga lepas dari ketepat-gunaan.

Anwari Doel Arnowo

Toronto, Saturday, September 22, 2007 - 2:48:00 AM

---ooo000ooo---