Friday, September 11, 2009

Institusi Presiden


Jangan Menghujat Pimpinan Bangsa.

Oleh masadeni - 11 September 2009 - Dibaca 104 Kali -

Membaca artikel kompasianer dan commentnya merupakan hiburan tersendiri bagi saya, tetapi belakangan ini ada beberapa artikel menyangkut pimpinan bangsa saya nilai sudah menyimpang dari kepatutan. Bukan saya membela pimpinan bangsa ini, tetapi alangkah baiknya bila pandangan para kompasianer disampaikan dengan lebih pantas.

Pandangan politik tidak harus selalu sejalan, beruntung kita hidup dinegara demokrasi, namun kebebasan tersebut bukan berarti kita boleh seenaknya menghujat orang lain termasuk pimpinan bangsa ini. Blog ini tentunya tidak dimaksudkan sebagai alat kampanya pro dan kontra pimpinan bangsa.

Mungkin akan lebih baik kita semua dapat mengontrol diri sehingga hujatan terhadap orang lain terutama terhadap pimpinan bangsa kita dapat dihindari. Penyampaian secara lebih pantas terhadap situasi negara tentunya akan lebih baik dengan menjunjung tinggi etika ketimuran yang terkenal ramah tersebut. Judul-judul tulisan tentang SBY misalnya, mungkin dimaksudkan agar menarik orang orang untuk membacanyam, tetapi menjadi sangat vulgar dilihat dari etika dan kepantasan.

Saya mengajak teman-teman blogger kompasiana, marilah kita perbaiki yang melenceng agar dapat dijadikan contoh untuk pemerintah kita agar memperbaiki kondisi negeri ini kedepan. Mulai saat ini, marilah kita saling mengingatkan agar blog ini menjadi blog yang terbaik.

Share on Facebook http://public.kompasiana.com/wp-content/themes/default/images/twiiter.jpeg Share on Twitter

3 tanggapan untuk “Jangan Menghujat Pimpinan Bangsa.”

1. http://www.gravatar.com/avatar/d97019d0a83ba862c44e088e4a942831?s=32&d=http%3A%2F%2Fwww.gravatar.com%2Favatar%2Fad516503a11cd5ca435acc9bb6523536%3Fs%3D32&r=Gmanggar,

— 11 September 2009 jam 9:47 pm

benar bung, siapapun presiden kita, harus kita hargai dan hormati karena dia adalah kepala negara sekaligus lambang negara. tapi masalahnya para penulis kita ini belum berbudaya, makanya harus dibudayakan. ngakunnya intelektual,tapi tapi miskin kesantunan. sebenarnya mereka memang intelek dari sisi keilmuannya, tapi sayangnya mereka kering dengan budaya dan budi pekerti. ya jadinya seperti itu. lihat bagaimana bangsa2 lain memperlakukan kepala negaranya walaupun secara politik dan idiologi mereka berbeda. sedih memang………………….

2. http://www.gravatar.com/avatar/8367d1d254730cd5a4d13107532ddfc4?s=32&d=http%3A%2F%2Fwww.gravatar.com%2Favatar%2Fad516503a11cd5ca435acc9bb6523536%3Fs%3D32&r=Gfelix,

— 11 September 2009 jam 9:48 pm

Kompasiana sudah berhenti jadi rumah sehat… tapi sudah berubah menjadi rumah sakit.. karena isi nya cuma tulisan2 org yg sakit hati karena kalah pilpres kemarin. Dan karena itu mutu tulisan2 yg ada di dalam nya pun menurun drastis sekali… sayang memang, sebuah media yg sebetulnya bisa menjadi dan pernah menjadi ajang utk saling belajar dan mengerti, menjadi ajang lempar pelampiasan kekesalan dan kemarahan, tanpa mau tahu & perduli apa yg sebetulnya terjadi.

— 11 September 2009 jam 10:02 pm

Saya setuju dengan cara santun dan pantas. Akan tetapi seperti kebanyakan kita ini, sering sungkan kepada orang besar, terutama pejabat negara. Kita sebagai bagian dari rakyat boleh saja menyampaikan apa yang baik dan yang benar juga, tetapi sungkan itu harus dikurangi sampai minimum. Mengatakannya harus jelas, lugas dan tegas serta secara dinas, baru kemudian boleh ditambahkan dengan santun dan pantas. Ingat hanya karena tidak berani atau sungkan mengatakan apa yang seharusnya, justru membentuk sekelompok YES MEN. Kalau kelompok ini ada di sebuah desa terpencil mungkin tidak terlalu mengganggu, tetapi kalau yes men seperti ini ada di dalam kabinet atau dpr, serta BANK iNDONESIA, keadaan bisa runyam.
Institusi Presiden pun sebaiknya juga dibentuk berupa lingkar pengaman seperti bumper, sehingga Presiden akan terlindungi dari serangan macam manapun jua. Di dalam bumper itu harus banyak yang intelektual, memiliki kemampuan ilmu Publlic Relations. Mereka inilah yang akan mengantisipasi reaksi pidato presiden, adanya keresahan dari kelompok yang berpotensi mengganggu suasana damai dalam penelenggaraan Negara. Kalau lingkar ini terbentuk dan benar-benar berisi orang-orang yang digambarkan di atas, maka kesukaran dan keributan yang menyangkut pimpinan Negara akan dapat dihindari dan selamatlah citra Presiden dan pimpinan Negara yang lainnya. Semoga.
Anwari Doel Arnowo - 11 September, 2009

No comments: